Kamis, 27 September 2007

Persahabatan yang indah

Sony & Me, hunting n hunting
Hallo LTiers, bosen ngga sih sama kisah-kisah sedih melulu? Kalo bosen, boleh dong saya sharing dikit tentang kisah persahabatan saya yang indah luar biasa.. boleh ya?.. lho maksa.. boleh dong, love talk khan ngga hanya kisah cinta, tapi juga persahabatan kan?

Ternyata hidup sendiri di negeri orang tak semudah yang saya bayangkan sebelumnya. Bagi sebagian besar laki-laki Indonesia, boleh dibilang urusan dapur dan bersih-bersih rumah rasanya bukan suatu kebiasaan. Kalo ngga dikerjakan oleh pembantu, ya dibantu ibu, istri atau saudara yang perempuan.

Nah, urusan inilah salah satu yang membuat bulan-bulan pertama di luar negeri “penuh dengan penderitaan.” Mau makan di restoran, selain mahal juga terbatas larangan agama. Mau masak sendiri.. ala mak, rasanya tak jelas. Kalo sudah begini, baru terasa deh, betapa susahnya masak itu. Kalau tinggal sama keluarga waktu di Indonesia, kalo masakan ngga sesuai selera, tinggal komplain atau makan diluar.

Belum lagi urusan mencuci baju, setrika dan bersih-bersih, semua dilakukan sendiri. Disela-sela kesibukan kuliah dan tugas yang berjibun, urusan bersih-bersih cukup menyita waktu. Disaat-saat seperti itu, rasanya saya butuh sekali seorang yang bisa diajak berbagi. Bukan berbagi kerjaan saya tentunya, tapi teman untuk sekedar sharing, berbagi cerita dan melepaskan kangen saat datang perasaan itu.

Beruntung, Tuhan mempertemukan saya dengan seseorang yang benar-benar seperti malaikat. Baik luar biasa, tidak hanya sekedar teman berbagi suka, tapi juga berbagi duka. Mungkin karena kita sama-sama ngga bisa masak dan mengurus rumah, kita belajar masak bersama, serta rajin memberi masukan tentang kekurangan dan kelebihan masakan kita. Ternyata dari situ, persahabatan kita semakin erat. Benar juga ternyata pameo yang mengatakan, semua bisa berawal dari perut.

Tak hanya itu, disaat salah satu dari kita sedang kangen sama keluarga dan sedih, kita pasti saling menghibur. Sebisa mungkin berusaha menghilangkan kesedihan dengan berbagai cara. Ngajak ngobrol, nemenin jalan-jalan atau sekedar mendengarkan keluh kesah. Duh, senengnya ada orang yang bisa diajak bicara dan mendengarkan keluhan kita.

Salah satu keistimewaan teman saya adalah dia itu seorang explorer sejati. Saya yang emang doyan jalan-jalan, seneng banget kalau diajak mengunjungi suatu tempat. Saya yang pemalu (apa malu-maluin ya?), seringnya cuma ngekor aja sama dia.. kemana dia pergi daku ikut saja.. he..he.. (dasar ngga punya inisiatif!). Kita bisa jalan seharian dari pagi sampai malam dengan banyak agenda: hunting foto, nonton, makan atau sekedar mengunjungi festival.

Kalau saya salah, dia ngga segan mengingatkan. Cara nya itu loh.. sopan banget dan dengan bahasa yang lembut.. duh, jadi malu deh.. padahal dia laki-laki.. kok ya bisa sopan banget gitu.. luar biasa memang. Dan akhirnya saya tahu, kenapa dia pinter banget memilih kata-kata untuk mengingatkan, karena ternyata dia seorang penulis novel yang terbiasa memilih kata-kata indah untuk menulis. Halah,.. tambah kagum aja deh saya sama dia.

Semakin saya mengenal dia, saya semakin merasa beruntung. Wawasannya luas (seminggu bisa menamatkan dua buah buku bo!), analisisnya tajam dan kadang diluar perkiraan saya. Kalau diskusi, selalu saja logikanya bisa diterima akal sehat.. dan saya mah cuma bisa manggut-manggut kagum.

Wah sebenernya banyak lagi keistimewaan dia, yang pasti persahabatan saya dengannya sangat indah saya rasakan. Untung saya bukan penganut faham ’’yang penting kasih sayang, jenis kelamin nomor dua..“ wah bisa gawat kalau itu sampai terjadi.

dimuat di Koki edisi 27 September 2007
http://community.kompas.com/index.php?fuseaction=home.detail&id=45256§ion=95

Senin, 24 September 2007

sanggupka?

bingung sendiri dengan yang aku rasakan. kangen, sedih, rindu, bosan, ngga tau mesti ngapain,.. maafkan aku tuhan..

aku tak pandai memaknai peristiwa, aku tak pandai mensyukuri nikmatmu, aku tak pandai menikmati anugerahmu...

maafkan aku tuhan atas apa yang aku rasakan, atas apa yang aku lakukan, atas semua kesalahan yang sengaja kulakukan dan kujalani..

tak menghapus resah semua tangis ini, tak menghapus rindu semua pertemuan itu..
yang kumau cuma satu ketenangan jiwa..

tuhan,.. engkau telah memberi yang terbaik, namun kutak dapat menandai semua itu..
aku selalu meminta dan meminta lagi..

berat sekali beban ini, berat sekali derita ini.. tapi aku bukan mengeluh tuhan.. aku mengadu padamu..

aku rindu anak dan istriku, aku kangen indonesiaku,.. aku kangen semuanya..

ah, sanggupkah aku menjalani semua ini tanpa bimbinganmu tuhan?

Minggu, 23 September 2007

Bingung

ayah benar-benar bingung saat ini. ngga tau harus memutuskan: membawa kalian ke australia atau tetap tinggal di indonesia. pilihan yang benar-benar sulit.

ayah sebenernya sih amat ingin membawa kalian kesini. tapi melihat kondisi sekarang, ayah malah jadi agak ragu ya. soalnya, ternyata semua berjalan tidak seperti yang ayah harapkan.

ayah mesti kerja cleaning malam, dam ternyata itu sangat mengganggu hasil study ayah. sekarang hasil study ayah hasilnya kurang memuaskan alias hasilnya mengkhawatirkan. nanti kalo ternyata ayah ngga lulus gimana?

dengan begitu saja, hasil studi ayah sudah anjlok, apalagi ada kalian disini? memang sih, kehadiran kalian bisa jadi penyemangat! tapi tidak bisa dipungkiri, ayah akan semakin sulit untuk belajar. sekarang saja, dengan adanya cleaning, otak males banget diajak mikir... bingung..

aduh, ayah harus bagaimana? tolong hamba ya Allah..!!

Sabtu, 22 September 2007

Ramadhan di Brisbane

Menjalani puasa di bulan Ramadan di negeri penduduk yang mayoritas bukan muslim memang merupakan tantangan tersendiri. Walau ini bukan Ramadan pertama yang harus saya jalani di negeri orang, tapi ini adalah Ramadan pertama yang harus saya jalani dalam kesendirian.

Saya bersyukur, ternyata kekhawatiran saya akan kehilangan suasana Ramadhan di tanah air agak sedikit terobati. Ya, karena saya tinggal dilingkungan sekitar kampus, jadi banyak saya temui pelajar internasional muslim yang berasal dari Asia seperti Malaysia, Pakistan, Bangladesh dan Negara-negara Timur Tengah. Jadi, walau secara umum suasana ramadhan tidak tergambar, tetapi waktu berbuka puasa, suasana ramadhan seperti di tanah air ternyata tercipta juga.

Bertempat di musholla di lingkungan kampus University of Queensland, Muslim Student Association of UQ mengkoordinasi acara berbuka puasa di musholla kampus. Musholla kampus, untuk sementara dipasangi tenda untuk menampung jamaah yang ingin berbuka puasa dan dilanjutkan dengan shalat tarawih.

Saya lebih bersyukur lagi, karena ternyata di Brisbane ada asosiasi masyarakat muslim Indonesia atau Indonesian Islamic Society of Brisbane (IISB) yang juga turut berpartisipasi dalam penyiapan menu berbuka puasa ini. Jadi, acara berbuka puasa juga menjadi ajang silaturahmi dengan muslim dari negara lain. Dan tentu saja, saat berbuka yang semula saya sangka akan saya lakukan dalam kesendirian dan mungkin kesedihan karena ingat suasana berbuka di tanah air, ternyata tidak saya alami.

Belum lagi pengalaman merasakan menu dari negara lain. Tentu ini juga suatu pengalaman yang sangat berharga karena menambah wawasan tentang citarasa kuliner mancanegara. Salut luar biasa untuk koordinator acara berbuka ini, karena semua disediakan secara gratis dan dalam jumlah yang tak terbatas.

Sedikit catatan untuk menu berbuka ini, memang Indonesia jagonya. Kalau giliran masyarakat Indonesia yang menjadi penjamu, meja penuh dengan aneka hidangan lezat dan istimewa. Mengapa istimewa? Karena rasanya tidak seperti sedang berbuka puasa di luar negeri. Hampir semua hidangan khas ramadhan di tanah air tersedia. Luar biasa!!

Satu lagi catatan saya, betapa ramadhan ini mampu menyatukan hati manusia untuk berbagi dan melakukan semua secara bersama. Tak perduli bangsa mana, saat berbuka semua berbaur dalam rasa syukur akan nikmatnya berbuka bersama. Ah, seandainya momen ini juga terjadi dalam keseharian, tentu dunia ini tak pernah ada ketimpangan dan saling bermusuhan.

Alangkah nikmat ibadah bulan Ramadhan
Sekeluarga, sekampung, senegara
Kaum muslimin dan muslimat se dunia
Seluruhnya kumpul di persatukan
Dalam memohon ridho-Nya


(setiap habis ramadhan; Bimbo)

dimuat dikoki edisi 22 September 2007
http://community.kompas.com/index.php?fuseaction=home.detail&id=44675§ion=92

Sabtu, 15 September 2007

Sony lagi

Bunda, Abang dan Cici..

ini cerita ayah tentang om Sony lagi. Yah, seperti biasa, betapa bersyukurnya ayah mempunyai teman dan bertemu dengan om Sony di Brisbane ini.

Ayah yang tak terlalu kuat dan sering merasa kesepian dalam kesendirian, merasa sangat tertolong dengan kehadiran om Sony di sini. Ayah dan om Sony, kalau liburan (sabtu dan minggu) sering menghabiskan waktu bersama.

Kadang kita pergi belanja bareng seharian, terus berburu foto, ngeliat festival, masak dan makan bareng, pokoknya banyak hal deh. Apalagi om Sony ini orangya seneng banget jalan dan mencoba hal2 baru, jadi setiap pergi ada aja kesan yang lucu dan susah terlupa.

om Sony juga selalu berusaha untuk menyesuaikan dengan kemampuan ayah. Dia ngga pernah maksa untuk melakukan hal yang sekiranya ayah ngga bakalan bisa melakukan. intinya sih, dia selalu menjaga perasaan ayah, biar ngga kecewa kalau pergi jalan bareng dia.

Dan pas bulan puasa kaya' gini, sebenernya sedih banget lho ngga bareng kalian. untung ada om Sony yang sudah dua hari ini buka bareng sama ayah. yah, paling ngga ada temen berbuka nya lah,.. jadi ngga terlalu sedih.

Kadang sebenernya ayah rada ngga enak juga sama dia. ngerinya dia merasa terganggu kalau keseringan ayah main bareng sama dia. ngerinya dia mau ngerjain tugas misalnya.

ada lagi hal lain yang sebenernya lumayan mengganggu juga, adalah pandangan temen-temen ayah. emang sih ayah kelihatan lengket banget sama om Sony. ya lengket sebatas sebagai temen yang butuh tempat untuk curhat, temen yang butuh untuk jalan bareng, temen yang butuh berbagi dalam banyak hal.. ngga lebih. ya, lebihnya hanya ayah merasa nyaman dan seneng aja kalau main bareng sama om Sony, ngga merasa bosen dan kalo sedih ada temen yang menghibur.

tapi temen-temen, walau dengan nada bercanda, suka nyangka ayah sama on Sony itu lebih dari seorang temen (tau kan maksudnya?-red). aneh banget sih,.. masa' sih ayah dan om Sony seperti itu. kita berdua kalo jalan bareng juga topik bahasannya pasti tentang istri dan anak-anak (tentang bunda dan rifqi n rizky, tentang istrinya om sony dan faris), tentang keluarga, tentang politik, ekonomi, olahraga.. macem-macem (enaknya ya itu, segala hal hampir nyambung, kecuali ngomongin sepakbola, ayah pasti ngga nyambung,..he..he..). kadang suka ngomentarin cewe' bule bareng.. ya, pokoknya seperti laki-laki dewasa lainnya lah..

tapi ayah sih sebenernya cuek aja, yang penting ayah seneng dan ngga melakukan yang aneh-aneh sama om Sony. intinya sih, ayah bersyukur aja punya temen seperti om Sony. He is a wonderful person, funtastic.. ha..ha.. muji-muji om Sony terus, ntar disangkain ayah suka beneran sama om Sony.. ah, sudahlah!

Senin, 10 September 2007

Luar Negeri

walau bisa lesehan nyaman ditrotoar, tetep aja ngga senyaman di Jogja
Kalau ingin menjalani hidup yang berkualitas, nyaman dan sejahtera tinggallah di Norwegia, Islandia dan Australia. (http://www.kompas.com/ver1/Hiburan/0709/07/105712.htm).

Hmm.. kalimat yang sangat indah dan menggoda, apalagi ada nama Australia, negara tempat sementara saya mesti tinggal untuk berjuang (baca: sekolah mencari ilmu). Mengapa saya bilang sementara? Apa karena memang saya tidak mungkin tinggal selamanya disini? Kalau bicara kemungkinan, ya mungkin saja… tapi kalau bisa, saya ingin segera kembali ke Indonesia. Segera!

Berbicara tentang luar negeri, memang akan terasa lain. Apalagi bagi yang belum pernah merasakannya. Tapi, bagi saya pribadi, tinggal di luar negeri tidak semanis yang pernah saya bayangkan.

Benar disini semua serba rapi dan sudah ada aturannya. Apapun sudah direncanakan sematang mungkin dan segalanya dimaksudkan untuk memudahkan warganya. Dari sisi itu memang betul, tapi ternyata ada sisi lain yang tidak saya dapatkan disini. Karena semuanya sudah teratur dan begitu adanya, menurut saya malah menjadi membosankan. Dan kadang malah bikin repot. Lho?

Contohnya, bus yang berjadwal ternyata sangat merepotkan, karena kita tidak bisa berangkat kapan saja. Tidak seperti di Jakarta yang menyediakan angkutan umum 24 jam dan bisa didapat setiap waktu. Di sini, kalau terlambat, ya harus nunggu bis berikutnya sekitar 15 – 30 menit. Malah, kalau hari libur jadwal bis adalah setiap satu jam.. duh betenya kalau terlambat lima menit saja dari bus sebelumnya.

Belum lagi bicara soal belanja. Disini toko kebanyakan tutup jam 5 sore. Supermarket agak lebih lama, jam 7 malam. Tapi kalau hari Minggu malah tutup lebih awal. Beda banget sama di Indonesia, yang tokonya bisa buka 24 jam kalau lagi hari libur. Mau belanja sayur yang murah, bisa sih ke pasar tradisional, tapi adanya cuma seminggu sekali. Padahal, kalau di Indonesia bisa beli sayuran tiap pagi untuk dimasak hari yang bersangkutan.

Ngga punya makanan di rumah dan kebetulan laper? Jangan berharap tukang bakso, tukang mie tek-tek atau tukan nasi goreng lewat tengah malam mengobati rasa lapar yang menyergap saat asyik nonton TV. Kalau laper tengah malam, yang ada ya roti, keju, sosis (ga banget deh!).. atau kalau mau yang hangat ya mie instant. Mau beli makanan di luar (restoran), selain pertimbangan selera juga harga. Duh, pokoknya mesti mikir kalau mau makan di luar..

Belum lagi soal bahasa. Emang sih, kalau di sini ya mesti ngomong Inggris. Tapi dasar saya ndeso, tiap ngomong inggris kok rasanya cape lahir batin ya.. he..he.. Aduh susahnya nonton film tanpa teks Indonesia. Acara TV nya kalah seru dengan acara TV di Indonesia. Walau katanya acara TV di Indonesia kurang bermutu, tapi semuanya seru dan mengundang minat untuk ditonton.

Ah, mungkin anda berfikir.. saya tidak bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan luar negeri. Bukan begitu,.. walau pun saya bisa menyesuaikan diri dengan ritme hidup disini,.. tapi kemudahan dan kenyamanan dalam bentuk lain yang bisa kita dapatkan di Indonesia ternyata jauh lebih memudahkan kehidupan kita.

So, nyaman dan tentram tinggal di luar negeri? Ngga juga tuh..

dimuat di KOKI edisi 10 September 2007
http://community.kompas.com/index.php?fuseaction=home.detail&id=43229§ion=92

Jumat, 07 September 2007

Pulang-Kangen

Pulang..

Satu kata itu begitu penuh makna bagi orang-orang perantauan. Tak perduli sebahagia apapun dia di tanah perantauan, hasrat untuk kembali ke kampong halaman tak mungkin pernah sirna. Setiap ada teman atau siapapun yang akan kembali ke kampong halaman, dalam hatinya selalu terbersit keinginan untuk melakukan hal yang sama: pulang.

Setiap membaca permintaan maaf dan pengumuman akan kepulangan seseorang ke Indonesia, selalu saja hasrat untuk pulang hampir tak terbendung. Siapa sih yang tidak rindu dengan suasana yang telah begitu lama menghiasi hari-harinya. Udara, makanan, sapaan, kehangatahn dan segalanya yang ada dikampung halaman akan selalu tersimpan di hati.

Ah, kampong halaman. Selalu saja ada nostaligia disana. Semua jadi terasa manis, sekalipun itu kisah yang teramat perih. Kampong halaman, selalu menimbulkan getar mistis setiap kali menyebut namanya. Kampong halaman, tempat kita menghirup udara kebebasan kita, membuncah keceriaan dan menghabiskan waktu dalam kedamaian.

Tiada tempat seindah dan senyaman kampong halaman. Tiada damai dan cinta yang tulus seperti di kampong halaman. Semua yang bernama kampong halaman akan selalu kurindu, karena disanalah hati ini merasa tentram dan damai tertanam. Ya, di suatu tempat bernama kampong halaman.

Kangen…
Bunda abang dan cici.. hari-hari ayah selalu basah dengan air mata rindu. Betapa ayah tak kuat menahan kerinduan kepada kalian. Ayah ingin memeluk, mencium dan merasakan cinta yang kita miliki. Kalian begitu berarti buat ayah, kalian segalanya buat ayah.

Ayah tak tahu, apalah artinya hidup tanpa kalian disamping ayah. Ayah tak tahu, apa yang akan ayah perbuat tanpa kehadiran kalian. Kalian lah satu-satunya yang mampu menyembuhkan segala kerinduan ini. Kalian satu-satunya tempat ayah mencurahkan kasih dan sayang..

Cici, abang dan bunda.. ingin rasanya ayah mengakhiri semua ini.. kembali ke pelukan kalian dan menikmati segalanya bersama. Ah kapankah saat itu akan datang?
Setiap menyebut dan membicarakan nama Cici, rindu ini tak terbendung.. hati ini basah dengan airmata rindu.. cici. Ayah begitu kangen sama kamu.. abang.. ayah ingin menebus semua saat indah bersama.. bunda. Ayah kangen dengan semua belaian dan kasih sayang bunda…

Lepas semua yang kuinginkan
Tak akan kuulangi
Maafkan bila kau kusayangi
Dan bila kumenanti

Pernahkah engkau coba mengerti
Lihatlah kudisini
Mungkinkah jika aku bermimpi
Salahkah tuk menanti

Tak kan lelah
Daku menanti
Tak hilang
Cintaku ini
Hingga saat
Kau ta’ kembali
kan kupendam
Di hati saja

kau telah tinggalkan
hati yg terdalam
Hingga tiada cinta yang
Tercipta di jiwa


Yang terdalam:PETERPAN

Sabtu, 01 September 2007

Bawalah Daku Pergi

Malam ini, ayah kangen banget sama kalian. Semua tentang kalian terbayang jelas dimata. Bunda, Abang dan Cici.. kalian begitu indah untuk dikenang, untuk diingat dan untuk dihadirkan dalam tiap tarikan nafas ayah.

Bunda, abang dan cici.. ajaklah ayah pergi dari sepinya hati, dari kelamnya malam dan dari kerinduan yang tak bertepi..

Rindu, rindu
Daku saat ini
Ingin jumpa, bertegur sapa

Tiada, tiada
Rasa lebih indah
Bila engkau tersenyum manja

Bawalah daku pergi dari derita ini
Bawalah daku pergi sepi hati ini
Bawalah daku pergi setulus hati yang suci
Bawalah daku pergi biar matipun kujalani

Jauh , jauh
terasa dihati
Bila engkau tiada di sini

Syahdu, syahdu
ucapanmu kasih
ku pun juga
mengikat kata

Bawalah daku pergi dari gelisah ini
Bawalah daku pergi dari sepi hati ini
Bawalah daku pergi setulus hati yang suci
Bawalah daku pergi biar matipun kujalani


bawalah daku pergi by: Anita Sarawak