Sabtu, 12 Juli 2008

Sederhana dalam sikap, kaya akan ilmu

Namanya sebut saja "Akang" karena dia berasal dari Garut, salah satu wilayah di Jawa Barat. Wajahnya khas ketampanan pria-pria Sunda, teduh dengan senyum manis yang selalu tersungging. Kalau bicara ramah dan selalu menarik untuk didengarkan. Saya mengenalnya pun belum lama, sekitar setahun yang lalu ketika secara tak sengaja kita sama-sama kuliah di bumi kangguru ini.

Mulanya saya menganggap dia biasa saja, sama seperti teman-teman yang lain. Tidak kelihatan seperti seorang yang sangat taat pada agama. Namun sepengetahuan saya, dia tak pernah luput dari kewajiban sholat lima waktu walau sesibuk apapun.

Kekaguman saya bermula ketika saya yang memang terkadang sering lupa, berkeluh tentang keburukan teman satu apartemen saya. Sungguh diluar dugaan, bukannya menimpali dia malah berbalik mengingatkan saya untuk berfikir positif. “cobalah untuk mengerti, mengapa dia seperti itu, mungkin juga karena sikap kita, ” katanya bijak ketika itu. Saya yang berniat curhat malah jadi malu sendiri dan urung menceritakan keburukan teman satu apartemen saya lebih jauh.

Saya mulanya mengira itu semua hanya sikap pura-pura bijaknya saja. Ternyata dugaan saya keliru. Ketika dia mengalami hal yang sama seperti saya, dia sama sekali tidak mengeluh. Malahan dengan sabar dia bilang bahwa dia tidak ingin mengingat kejelakan orang lain. Duh, mulianya hatinya.

Dari sikapnya itu, saya mulai menaruh kepercayaan kepadanya bahwa dia seorang yang lurus. Walau dia mengaku tidak terlalu banyak tahu tentang hukum dan lain-lain masalah dalam Islam, tapi sungguh apa yang dia lakukan jauh melebihi teman-teman lain yang secara kasat mata tampak begitu “Islami”.

Yang saya tahu bahwa saya harus sholat dengan benar, berpuasa dengan baik, naik haji jika mampu, berbakti kepada oarang tua, menjalankan perintah-Nya dan menjauhkan larangan-Nya. Begitu prinsip sederhananya tentang menjalankan ajaran Islam. Tapi menurut saya, cara pandang sederhananya tentang aplikasi ajaran Islam justru sungguh luar biasa, karena memang seperti itulah seharusnya.

Contoh lain dari kesederhanaan sikapnya, tapi menurut saya adalah salah satu penjabaran dari sunah rasul adalah dia tak pernah makan sebelum lapar dan berhenti makan sebelum kenyang. Sungguh terbalik dengan saya yang makan kenyang dan sering ngemil di sela-sela waktu makan. Cara memilih makanannya pun sederhana. Dia lebih memilih makanan yang baik dan halal ketimbang yang enak.

Namun kalau soal pemikiran tentang umat Islam dia benar-benar sangat peduli. Pandangan negatif tentang Islam dari negara barat sungguh menggugah pemikirannya. Menurutnya, umat Islam harus memperbaiki diri dahulu dari dalam dan menunjukkan sikap mulia sebelum menuntut umat lain berbuat baik kepada Muslim. Caranya adalah dengan menunjukan ahlakul karimah kepada teman-teman semua, baik sesama muslim ataupun kepada non muslim. Dan sepertinya itulah prinsipnya mengapa dia kelihatan sangat berusaha menjaga sikap ketika bergaul dengan sesama teman Indonesia maupun teman dari negara lain.

Sungguh, kesederhanaan sikap dan cara pandang telah membuat sosoknya menjadi istimewa bagi saya dan sebagian teman yang sempat bergaul dekat dengannya. Dia jadi tempat saya bertanya tentang banyak hal dan selalu menjawabnya dengan hati-hati dan jelas. Ah, ternyata di balik sikap sederhana dan rendah hati itu tersirat pengetahuan yang sangat dalam dan luas.

Sampai saya pada suatu kesimpulan, bahwa semakin banyak pengetahuan dan dalam pengertian seseorang akan ilmu pengetahuan, bila disertai sikap bahwa semua adalah di bawah kekuasaan-Nya, akan semakin rendah hati dan bijaksanalah dia dalam menjalani hidup.

Ah, Akang, andai kita bisa lebih lama bersama-sama, ingin rasanya saya menimba ilmu lebih banyak pada Akang. Sayang, kuliah kita yang telah selesai memaksa kita untuk segera berpisah. Semoga ditanah air kita masih sempat bertemu dan saling dapat bertukar pikiran.

Catatan: Buat seorang yang telah memberi begitu banyak dalam kehidupan saya.

Dimuat di Erasmuslim.com tgl 12 July 2008

http://eramuslim.com/atk/oim/8711054137-sederhana-dalam-sikap-kaya-akan-ilmu.htm

Kamis, 10 Juli 2008

Sebuah Catatan Kecil dari Brisbane

Tinggal dalam lingkungan yang jauh dari norma islam memang bukan hal yang mudah. Salah satu kesulitan terbesar adalah saat waktu sholat ketika sedang berpergian, fasilitas seperti mushola atau sekedar praying room rasanya sulit sekali ditemui. Akhirnya, keseringan sholat diakukan disembarang tempat. Namun, Alhamdulillah semua tempat itu masuk kategori bersih dan terawat, jadi rasanya nyaman saat diri ini menghadapkan diri keharibaan Illahi.

Dibalik kesulitan tentu ada kemudahan, begitu memang Sunatullah. Saya semula tidak mengira, dibalik sikap mereka yang sepertinya individualis justru tersimpan sikap sangat menghormati sesama manusia. Yang rasanya, hampir sulit saya temui di negeri kita yang katanya mayoritas penduduknya muslim.

Contoh kecil adalah saat saya menuntun sepeda saya ketika tak mampu mengayuhnya karena jalannya terlalu mendaki. Tiba-tiba sebuah mobil yang tadi mendahului saya, mundur kembali (kebetulan jalan memang sedang sepi). Dan dari dalam mobil seorang pria muda bule dengan ramah bertanya, kenapa sepeda saya tidak dinaiki? Apakah karena ada yang rusak? Bisa saya bantu? Begitu tanyanya ramah dan dengan tulus menawarkan bantuannya untuk menolong saya. Ketika saya jawab semua baik-baik saja, baru dia berlalu dengan senyum ramah.

Subhanallah, rasanya hampir tak percaya. Seseorang yang sama sekali tidak kenal, begitu pedulinya dengan keadaan saya saat itu. Dan semua itu mendorong ingatan saya pada saudara sesama muslim ditanah air. Adakah mereka peduli dengan kesusahan Suadara mereka?

Yang sering saya temui malah, mereka yang bermobil kadang tak mau memberi kesempatan kepada pejalan kaki maupun sepeda. Mereka merasa lebih berhak atas jalan yang sedang mereka lalui. Ah, egoisnya.

Dengan satu contoh kecil itu memang tidak cukup bagi saya untuk membuat suatu kesimpulan bahwa mereka semua baik. Akan tetapi, paling tidak memberi gambaran kepada saya, bahwa tidak selamanya yang tidak mengenal ajaran islam, tidak mamapu melakukan sikap yang dijunjung tinggi oleh islam.

Saya tidak dalam posisi membela mereka yang non muslim dan mendikreditkan saudara-saudara kita yang muslim di tanah air. Saya Cuma ingin membagi pengalaman saya, betapa nilai universal itu masih dijunjung tinggi oleh mereka yang jelas-jelas tidak mengenal betapa luhurnya nilai-nilai islam. Dan saya merenung, apabila nilai universal ini diperkaya dengan nilai keislaman, tentu akan menjadi sesatu yang lebih mulia dan indah.

Bukan hal yang mustahil, bila mereka yang semula selalu memandang Islam dengan kebencian, akan berbalik mengagungkan Islam. Caranya ya dengan itu tadi, memberikan contoh baik, bahwa muslim itu adalah orang yang peduli dengan sesama, mau berbagi dan selalu menjunjung tinggi budi pekerti mulia.

Dan seringkali diujung sholat saya bersyukur, betapa Allah tidak pernah membedakan dalam memberikan kasih dan sayang kepada umat-Nya. Jauh dari lingkungan islami bukan berarti tidak merasakan nilai-nilai keislaman.

Brisbane, 9 July 2008

Dimuat di Eramuslim, 10 July 2008
http://eramuslim.com/atk/oim/8709113233-sebuah-catatan-kecil-brisbane.htm

Yang akan selalu teringat

Bila nanti saya sudah balik lagi ke Indonesia, kenangan akan Brisbane pasti tidak akan pernah hilang. Bagaimana bisa hilang, satu setengah tahun bukanlah waktu yang pendek untuk menancapkan begitu banyak memory kehidupan.

Berikut beberapa hal yang akan selalu terkenang:

1. Kesepian dan Kerinduan
Selama satu setengah tahun, rasa sepi dan rindu mendominasi hampir sebagian hari-hari saya. Rasanya sebel banget kalo rasa sepi itu dateng. Apalagi menjelang malam, disaat hanya suara burung gagak yang berkoar-koar mendominasi suasana. Rasanya pingin pulang saja ke Indonesia saat itu juga. Lebih parah lagi bila rasa rindu itu datang, rasanya seperti terpenjara dalam ruang hampa tak berbatas, ngga tahu kemana harus menghilangkan rasa rindu ini.

2. Transportasi yang nyaman dan teratur
Seneng dengan transportasi umumnya yang tepat waktu dan bersih. Tapi kadang sebel juga, karena berjadwal kadang mesti menyesuaikan waktu dan harus menunggu lagi bila satu menit saja tertinggal dari jadwal semula.

3. Makanan
Arrrggghh... lauknya hampir selalu ayam, daging, dan sedikit sayuran. Cara mengolahnya cuma dibikin rendang, digoreng atau dibikin kari. Boseeen... ngga bervariasi dan kadang bikin frustasi.

4.Jalan-jalan
Ini salah satu yang lumayan menyenangkan menurut saya. Tapiii.. ada tapinya nih,.. sering keingetan sama anak dan istri dan selalu berharap.. ah seandainya mereka bisa bersama-sama menikmati saat indah ini dan ada disini bersama saya, tentu acara jalan-jalannya jadi lebih menyenangkan. Kesimpulanya tetep, ngga 100% seneng.

5. Belanja
Idih, kadang menyebalkan. Karena mesti belanja sendiri dan kadang makan waktu seharian. Ini terkait dengan masalah transportasi, yang kalo weekend jadwalnya jadi 30 menit sekali atau malah 1 jam sekali tergantung jurusannnya.

6. Ramadhan dan Lebaran
Sedihnya ngga bisa buka puasa bersama keluarga dan mesti dateng ke musholla kampus buat buka bersama. Ini masih ada untungnya sih, ngga keluar biaya dan bisa ngersain makanan internasional gratis. Pas lebaran lebih sedih lagi, selesai sholat Ied, saya cuma tenggelam di depan komputer sambil membayangkan sayur ketupat dan semur daging yang lezat di Indonesia.

7. Kerja Cleaner dan Junk Mail
Ngga pernah kebayang sebelumnya bahwa saya mesti bekerja malem alias bergadang untuk kerja. Waktu di Indo, jangankan bergadang, jam 10 malem aja rasanya udah kemaleman untuk tidur. Anehnya saya kuat-kuat aja tuh, cuman pengaruh ke otak aja, jadi rada bolot kalo mikir. Saya juga kerja jadi tukang anter koran.. eiits, tapi jangan salah, penghasilan dari kedua kerjaan ini kalo digabung mungkin sama dengan gaji level senior manajer di indo sebulan kali ya..

8. Internet
Asyiknya bisa internetan 24 jam kalo mau. Koneksinya lumayan cepet dan unlimited lagi. Tapi kadang bikin distract deh, apalgi pas ada kewajiban buat belajar, internet ini sexy sekali, pingin dibuka terus.. tapi pas udah ngga ada tugas.. boseen banget.. dan salah satu untungnya saya jadi ngga begitu gaptek sama komputer walau cuma sebatas sebagai end user.

9. Interval ketemu temen-temen
selama satu setengah tahun, saya ketemu temen-temen interval waktunya bisa dihitung dengan jari. Kalo lagi ngga ada acara, susah banget buat ketemu. Kecuali (baca No.10), dengan yang ini hampir tiap hari ketemu, dan kadang bikin kangen kalo ngga denger suaranya dan lihat senyum maniznya..puiihhh..hi..hi.. emang ekke hombreng apa?!!!..

10. Sony
Ini bukan merk alat elektronik, tapi temen saya yang paling hebat dan luar biasa. Ngga bisa deh saya deskripsikan disini, karena jadi subyektif sekali dan yang pasti sih takut orangnya GR.. he..he..

masih banyak lagi mungkin daftarnya, tapi semua itu tetep jadi bagian kehidupan saya yang tak akan terlupa sepanjang masa..

Selasa, 08 Juli 2008

Maaf dan Terima Kasih

Akhirnya batas penantian itu datang juga. Satu setengah tahun yang lalu, rasanya lama sekali hari ini akan datang. Hari-hari penuh airmata, tawa, suka, duka, kangen, marah, cemburu dan sejuta rasa lainnya menjadi teman menempuh waktu untuk mencapai hari ini.

Ya, saat semuanya mencapai titik akhir.. pulang ke tanah air. walau masih ada sedikit ganjalan, mudah-mudahan ngga menghalangi kebahagiaan besarku untuk menyongsong lagi hari-hari penuh kebahagiann bersama anak-anakku yang lucu dan istri yang luar biasa sabar dan selalu mendorong semangat untuk berani menantang hidup..


Dan ucapan maaf rasanya patut aku haturkan untuk siapapun yang pernah aku lukai hatinya, yang pernah aku kecewakan dengan janji, yang pernah aku dustakan dengan perkataan, yang pernah aku cederai degan sikap. Aku hanyalah manusia biasa, yang banyak salah dan sering berbuat khilaf.

Permintaan maaf yang paling tulus tentu saja aku mintakan kepada Istri tercinta: maaf kalau ayah tak menemani bunda dalam mengasuh anak-anak. Cici dan Abang - anakku yang paling lucu, cerdas, pintar dan sehat; maaf bila kasih sayang ayah tak semurna selama jauh dari kalian. Sony, temen paling baik, sabar, pengertian dan selalu penuh perhatian. Maaf ya Son, kalo aku hanya merepotkan dan sering bikin kamu susah. Kalau aku sering mengganggu waktu istirahat kamu, sering bertanya dengan pertanyaan bodoh, sering numpang makan dirumah kamu, sering dateng cuma untuk berkeluh kesah.. maaaafff banget. Aku percaya kamu mau memaafkan, karena kamu sahabatku yang paling setia. kalau kamu mau memaafkan, aku do'ain biar kamu tambah ganteng, tambah makmur, tambah disayang istrimu, tambah anak, tambah bagus foto-fotonya.. pokoknya tambah yang bagus-bagus deh..

Selain maaf juga tentu terima kasih buat semua yang telah mensupport dengan sepenuh hati: Istri tercinta.. mampukah ayah membalas semua pengorbananmu?
anak-anak,yang berkorban tanpa perhatian ayah.. ayah akan bayar lunas semuanya saat kita bertemu lagi. Sony: atas semua keceriaan yang berusaha kamu hadirkan selama kita di Brisbane.. temen-temen lain yang juga tak kalah baiknya.

Dan Permohonan maaf dan terimakasih yang terbesar tentu kepada Engkau yang Maha segala-Nya. Maafkan bila hamba tak mampu bersujud dengan tulus dan sering melalaikan perintah- Mu..