Jumat, 14 Agustus 2009

Semua hanya terletak pada niat

Menonton program televisi di tanah air seolah kita disuguhkan dengan berbagai tayangan yang membuat kita harus benar-benar hati-hati dalam memilih. Berbagai tayangan tersebut seolah berlomba untuk menampilkan sisi buruk kehidupan yang tidak layak ditonton, apalagi untuk dicontoh.

Bagaimana tidak, setiap hari semua stasiun TV berlomba menghadirkan kabar/gosip tentang kehidupan artis, dan sayangnya yang dominan adalah tentang kisah atau kejadian buruk hidup si artis. Semakin menderita sosok artis tersebut, semakin di ekspos dan ditayangkan berkali-kali. Sungguh kasihan.

Seingat saya, saat saya tinggal di negara tetangga yang jelas-jelas sebuah negara sekuler, tayangan tentang gosip artis dan aib tentang kehidupan seseorang tidak sedahsyat di televisi kita. Ada sebuah tayangan yang jelas membeberkan sebuah aib keluarga dan yang seharusnya bukan menjadi komoditi umum. Kalau alasannya ingin memotret realiti kehidupan masyarakat yang sebenarnya, tentu banyak cara yang bisa dilakukan. Tidak dengan menampilkan si pelaku langsung plus dengan embel-embel aib yang telah dilakukannya, walaupun diakhir acara terselip pernyataan bahwa tayangan tersebut telah mendapat persetujuan pihak-pihak yang terlibat.

Dan sesungguhnya kekhawatiran saya tidak hanya masalah aib yang sudah dianggap bukan sesuatu yang mesti ditutupi saja. Lebih dari itu, rasanya saya sangat khawatir kalau masyarakt kita ini terjerumus kedalam budaya ghibah yang sangat berbahaya.
“…Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya…”(QS. Al Hujurat : 12)

Belum lagi tayangan yang sebenarnya merupakan sebuah serangan terhadap budaya dan keimanan penonton TV. Dengan alasan hiburan, acara-acara tersebut dibungkus dalan format kuis yang seolah-olah seperti permainan. Tapi coba renungkan lebih dalam, ajang mencari jodoh untuk pasangan seumur hidup seperti sebuah permainan belaka. Seorang wanita rela dirinya dipilih/memilih pasangan hanya berdasarkan tampilan phisik dan jawaban atas dua atau tiga pertanyaan. Lalu apabila dia merasa cocok, dia dapat memilih salah seorang pria tersebut untuk selanjutnya dipersilahkan untuk berduaan di sebuah ruangan untuk mengenal lebih jauh.

Sungguh sebuah ajang yang sangat-sangat bertolak belakang tidak hanya dilihat dari tuntunan ajaran agama tetapi juga dari sisi budaya Indonesia. Kekhawatiran saya, hal tersebut akan dicontoh oleh remaja-remaja kita yang beranggapan bahwa memang begitulah cara mencari pasangan hidup. Nauzubillah Minzalik. Padahal, Islam secara jelas memberikan tuntunan kepada umatnya untuk memilih pasangan hidup.
Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, beliau bersabda : “Perempuan itu dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, lalu pilihlah perempuan yang beragama niscaya kamu bahagia.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Dalam hadits di atas dapat kita lihat, bagaimana beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menekankan pada sisi agamanya dalam memilih istri dibanding dengan harta, keturunan, bahkan kecantikan sekalipun.

Entahlah, mungkin ini memang fenomena yang memprihatinkan. Aib dan kebusukan dipertontonkan dengan alasan bisnis hiburan dan keuntungan semata. Tak adakah rasa tanggung jawab dari para pengelola TV dan pihak-pihak yang terlibat untuk menghadirkan tayangan yang mendidik? Mungkin mereka berdalih, tayangan seperti itu yang punya rating tinggi..ah, tunggu dulu. Banyak program yang tidak menjual aib dan kebusukan yang bisa meraih rating tinggi. Semua hanya terletak pada kemauan dan niat saja...