Kamis, 31 Desember 2015

Hari Terakhir di Tahun 2015, 31 Des 2015



Kantor sepi..

Sepi menyeruak hati..

Pingin cepet pulang..

Tapi kemarin dah ga datang..

Akhirnya menghabiskan hari..

menanti jam pulang... dan berlari..



Hari terakhir 2015..

Semoga membawa kenangan indah..

tidak hanya bagi diri sendiri..

tapi bagi semua insani...


Ya Allah..

Semoga rahmat dan anugerah-Mu..

akan terus datang dalam kehidupan hamba-Mu...

Amiinn...

Jumat, 11 Desember 2015

Kota Batu, Suejuk Rek!!

Ini memang bukan pertama kali saya ke Batu- Malang, tapi yang kedua kali. Yang pertama saat menghadiri pernikahan teman, saat itu saya dan teman-teman nginep di Batu - Malang. Waktu itu sempat mampir ke Secret Zoo Jatim Park Malang. Dan saya cukup terkesan dengan konsep kebun binatang yang mirip konsep di Safari Park nya Singapore tapi denagn versi yang lebih keren.. Kali kedua ya saat ini, nginep di salah satu villa dan resort bintang lima yang terisolasi karena ga ada angkutan umum buat main ke pusat kota Batu.

Alun-alun Kota Batu saat Malam
Hari pertama, saya dan dua oranga teman menghabiskan malam di alun-alun kota Batu yang saat itu ramai banget. Mungkin karena bertepatan dengan libur Pilkada serentak tanggal 9 Desember 2015. Alun-alun kota batu dipenuhi warga kota yang asyik menikmati wahana permainan yang disediakan. Tak ketinggalan, puluhan gerobak penjual kuliner memenuhi sekeliling alun-alun kota Batu. Meriah dengan aneka lampu dan aroma jajanan yang membuat laper..

Strawberry Lamp at alun-alun
Saya dan teman-temanpun ikut menikmati suasana malam itu. Duduk di lesehan trotoar alun-alun sambil menikmati wedang jahe, kacang rebus dan sate kelinci. Sedap nian suasana malam itu walaupun banyak gangguan pengamen yang dateng silih berganti. Puas menikmati suasana, kami kembali berkeliling alun-alun sambil berburu ketan durian yang katanyaa uenak banget. Sayang kami tak menemukan, mungkin sudah habis kali ya.. karena sudah pukul 10 malam sih.. Akhirnya kami memutuskan untuk menikamti segelas susu sapi murni.. yang lagi-lagi ditemani kaacang rebus. Waah.. bener seger deh susunya.. dah murah bingits.. ber-tiga cuma habis 20 ribu perak..

Oh iya.. suasana di villa dan resort sebenarnya lebih cocok buat yang senang dengan ketenangan.. sepeti pengantin baru misalnya. Resort dan villanya sepi  dan dingin bingits karena berbarengan dengan  musim hujan. Kebetulan juga gunung bromo sedang "batuk-batuk".. jadi deh cuacanya ekstrim..duinga uin rek..

Kota Malang dilihat dari Batu
Tapi secara umum, saya suka sih.. dapet pengalaman baru, teman-teman baru dan cerita baru. Oh iya, saya juga sempat menikmati bakso malang gerobak yang rasanya super loh di mesjid kantor PLN, deket tempat saya menginap. Selepas sholat Jumat, abangnya mangkal depan mesjid dengan gerobak motor yang penuh dengan aneka pelengkap bakso malang seperti kerupuk pangsit, bakso, tahu, mi dan lainnya. Yang unik, ternyata pakai lontong juga loh dan sayurnya bukan sawi tapi daun selada.. wah baru tahu saya.. uenaknya poll.. Menurut saya, dibanding bakso Presiden di Kota Malang yang terkenal itu, lebih enak yang ini deh.. banyak lagi porsinya..






Selasa, 08 Desember 2015

Peluncuran Program Budaya OJKWay IKNB 2A





Dear Temans,
Terima kasih telah berpartisipasi aktif pada peluncuran program budaya OJKWay untuk Departemen Pengawasan IKNB 2A. Mengusung tagline “bedAA”, acara peluncuran program budaya tersebut berlangsung lancar dan sesuai rencana.. dan yang lebih penting lagi dapat dinikmati bersama oleh seluruh hadirin. Walau tanpa dihadiri Pak KE IKNB dan Pak Deputi Komisioner, pentas seni berlangsung meriah dan amat menghibur di hati penonton. Penampilan apik teman-teman DASR benar-benar menghadirkan keceriaan disetiap sudut ruang Ballroom hotel Novotel Bandung.

Terima kasih buat Padus (Mas Donny, Uthe, Asti, Bu Jenny, Bu Yenny, Sendy, Irfan dan Mba Paula). Perpaduan vokal yang apik, membuat “Gebyar-gebyar” nya Gombloh tampil menawan dan menutupi penampilan tari Saman teman-teman DPDP yang tampil tanpa greget. Mas Donny (sebagai vokalis senior)  dan Uthe mampu membimbing anggota padus lainnya untuk tampil maksimal dan mampu mengimbangi kepiawaian olah vokal Mas Donny dan Uthe. Demikian juga pada persembahan lagu Tanah Air Beta... menyentuh.. dan ketika dipenghujung acara semua hadirin bersalaman, “ekspresi”-nya Titi DJ kembali dihadirkan dengan manis oleh Padus.. untuk menjadi pemungkas keceriaan.
DPDP yang mencoba mengibur dengan penampilan duet Bang Herbinus dan Elok ternyata tampil seperti kurang persiapan. Bang Herbinus yang tak hapal lirik membuat penampilan Elok ikut terpengaruh. Lagu “Biar Menjadi Kenangan” -nya Reza dan Masaki Ueda yang mestinya manis, gagal menghibur hadirin.
DASR menggebrak dengan penampilan apik talenta muda DASR membawakan lakon tentang kehidupan di desa Rawa Pening. Yones yang menjadi dalang mampu mengarahkan para aktor dan aktris dadakan tampil total.  Sungguh saya salut dengan kemampuan akting teman-teman ini. Mba Yani, Isti, Zaki dan Mas Tomi tampil layaknya penduduk desa yang kerjanya bertani. Ngga nyangka loh kalau mereka tuh aslinya pegawai handal OJK. Bahkan mas Uul yang berperan sebagai pertapa aja, dengan modal merapatkan tangan di depan dada (bersemedi), tampil maksimal dan sulit dikenali.. belum lagi Ebi yang tampil dengan perut hamilnya.. ya ampuunn..
Dodok sebagai korban bullying bersama Ana, Mas Angga (bencis taman lawang), Irfan, Mike dan Wibi benar-benar pas melakoni peran mereka. Mas Dadang sebagai agen asuransi bersama penduduk desa (Ena, Nana, Kartini dan Mba Ningsih) juga tampil menawan. Dan keseluruhan lakon ini masih dilengkapi dengan keceriaan lain ketika ditutup dengan flasmob jingle OJK yang dipimpin Ebi.. apalagi hampir semua pegawai DASR ikut terlibat menari dan ditutup oleh teman-teman yang memegang balon bedAA..
Catatan penting dari lakon ini adalah teman-teman berhasil mengemas cerita rakyat dengan memasukkan unsur program budaya dan edukasi tentang asuransi. Sehingga tidak menjadi sekedar lakon tanpa makna.. lagi-lagi: “keren!!”..
DPDP kembali menghadirkan lakon dengan tema cinderella. Penampilan DPDP kembali berantakan. Mereka yang tampil “live” seharusnya memiliki keunggulan karena pasti lebih menarik. Tetapi lagi-lagi mereka kedodoran.. blocking panggung, vokal, alur cerita, dalang dan lagu pendukung tidak saling melengkapi. Cerita cinderalla yang mereka tampilkan gagal dimaknai penonton.. sayang ya..
Untungnya penonton kembali terhibur dengan penampilan apik duet Peyang Penjol. Mas Mansur dan Pak Rianto tampil apik dengan lakon “urip ora ngira.” Mas mansur tampil percaya diri dengan monolog yang menceritakan perubahan kehidupannya dan keheranannya pada gaya hidup sebagai pegawai OJK. Dengan logat khas Tegal, duet Mas Mansur dan Pak Rianto berhasil mengocok perut penonton. Wah, sepertinya karier keartisan Mas Mansur bisa berawal dari sini deh.. Sukses ya Sayyy...!!
Sekali lagi saya sebagai CP mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas partisipasi teman-teman semua. Mohon maaf bila namanya tidak tersebut..

Rabu, 02 Desember 2015

Duren Ucok, satu ngga pernah cukup..

Mesjid Raya Medan
Durian atau duren emang buah yang unik. Keunikan tersebut tidak hanya dari tampilannya yang menyeramkan dengan duri-duri yang tajam dan aroma buahnya yang menyengat, tetapi juga dari sikap orang terhadap buah ini. Bagi penggemar durian, buah ini dianggap sebagai buah terenak sedunia. Sementara bagi yang tidak suka, jangankan untuk makan, mencium baunya saja bisa membuat orang tersebut klepek-klepek..

Untungnya saya termasuk yang suka akan durian. Seringkali setiap musim durian tiba, air liur saya langsung meler membayangkan buah durian yang manis, lembut dan baunya semerbak. Satu durian, rasanya ngga akan pernah cukup. Hanya iman di dada yang mampu menghentikan saya untuk tidak kalap menyantap durian.. ha..ha..

Termasuk ketika ditugaskan ke Medan, yang terbersit pertama kali di pikiran saya bukan bagaimana menyelesaikan tugas yang diberikan dan mengerjakannya sebaik mungkin, malah membayangkan nikmatnya makan duren bang ucok yang memang amat terkenal bagi penggila durian.. duh.. maap.. jangan ditiru ya, ini bukan contoh yang baik .. he..he..

Malam pertama pun saya langsung happy waktu ditawarkan teman saya yang tinggal di medan untuk berburu durian. Sayangnya dia tidak membawa saya ke duren bang ucok, tetapi ke duren bang Edi. Hmm... entah kenapa ya, walaupun sama enaknya, tetapi tetap bagi saya belum puas kalau tidak menyantap duren dari tempat duren ucok.

Untungnya di malam kedua, sehabis menikmati makan malam dengan menu Mie Aceh Titi Bobrok, saya langsung diajak menluncur ke tempat duren ucok. Luar biasa memang, walaupun saat itu bukan malam minggu dan waktu menunjukkan pukul 10 malam, sebagaian besar kursi yang tersedia penuh dengan pengunjung. Ah, memang salah satu penambah kenikmatannya adalah suasana di tempat duren ucok kali ya.. asyik banget melihat begitu banyak orang yang menikmati duren sambil tak lupa ber-selfie dengan duren-duren mereka.

Suasana di Duren Ucok.. ramai bingits
Sekali pesan, langsung minta dibuka 4 duren sekaligus. Satu persatu buah durian itu tandas dan minta tambah 2 lagi. eh masih kurang lagi.. tambah satu lagi boss.. total jadi 7 duren untuk 5 orang. bagi saya, 7 duren dengan 3 orang yang makan aktif sungguh luar biasa. Biasanya satu orang satu dan maksimal 2 lah.. apalagi untuk yang sudah berumur.. ngeri-ngeri sedap lah kalau makan duren kebanyakan..

Ngga lupa, saya pesan untuk oleh-oleh keluarga di rumah. Rasanya ngga pernah cukup deh kalau cuma menikmati duren satu buah aja.. kalau ke medan lagi, insyaallah saya pastikan untuk menikmati duren ucok..


Kamis, 12 November 2015

Danau Linow dan Gunung Mahawu

Mendengar kata Manado, kebanyakan orang pasti langsung teringat pada kiasan populer 3B: Bubur, Bibir dan Bunaken. Yup, bubur manado yang sehat dan lezat memang sangat digemari siapapun yang sempat berkunjung ke Manado, Bibir maksudnya merujuk kepada kecantikan gadis-gadis Manado sedangkan Bunaken adalah taman karang bawah laut yang terkenal sampai mancanegara.

Namun, ternyata selain ke-3 B tersebut, Manado memiliki alternatif lain yang tidak kalah menarik, mulai dari wisata alam, wisata religi, wisata kuliner hingga pemandangan danau dan gunung yang indah. Jika selama ini wisatawan kebanyakan melihat Bunaken sebagai tujuan utama, sebenarnya danau dan gunung yang ada di sekitar kota Manado juga tidak kalah menarik loh!!

Danau Linow,

Danau indah yang terbentuk dari kawah ini sungguh indah untuk dinikmati pemandangannya. Airnya yang hijau kebiruan dan amat tenang sangat memanjakan mata yang memandang. Dengan akses masuk ke danau yang terbatas, membuat danau ini justru menjadi lebih terjaga. Pengunjung bisa menikmati danau ini di sebuah cafe yang terletak tepat dipinggir danau.

Dengan konsep yang lumayan baik, cafe ini menjadi tempat yang asyik untuk menikmati danau sambil ngemil  ditemani minuman hangat/dingin. Burung-burung yang bergerombol, walau tidak terlalu banyak, menambah daya tarik yang melengkapi keindahan danau ini.

Danau Linow
Gunung Mahawu,

Selain Danau Linow, terdapat pula kawah gunung Mahwu yang tidak kalah indahnya. Kawasan gunung Mahawu merupakan kawasan hutan lindung dan dijaga oleh polisi hutan dan jika kita ingin memasuki wilayah ini kita harus mengisi daftar pengunjung dahulu di pos polisi hutan.

Kawah Gunung Mahawu
Ternyata pengelola gunung Mahawu sudah menyiapkan anak tangga untuk pengunjung yang ingin naik sampai di kawah gunung Mahawu ini. Lumayan lah buat olah raga!!. Dan percaya deh, kelelahan menaiki anak tangga, akan terbayar sesampainya di kawah gunung Mahawu. Indah dan spektakuler.. apalagi bagi yang hobi narsis.. di sini tempatnya..

Olahan Ikan

Kalau untuk wisata kuliner, wajib di coba Rumah Makan Raja Oci. RM makan ini terkenal dengan olahan ikan oci bakar serta "nike" nya. Nike sejenis apa ya? walaupun bentuknya seperti bakwan tetapi rasa ikannya sangat kuat. Jangan lupa pula memesan bakwan jagungnya.. enak semua pokoknya. Dan yang tak kalah penting.. lumayan murah pula harganya. Letak RM ini deket banget sama Hotel Swissbell Jl. Sudirman. 

Selain RM Raja Oci, Rumah Makan Rajawali yang terletak persis di samping Hotel Swissbell juga menawarkan mujaer bakar/goreng yang enak bingits. Ditemani tiga jenis sambal, ikan mujaer ini jadi menu utama di RM Rajawali. Pokoknya maknyuss.. cuma, jika kita memesan mujaer bakar, siap-siap saja untuk menunggu.. mungkin karena dari ikan segar dan menjaga agar ikan tidak gosong namun matang, maka proses membakarnya jadi agak lama.. konon katanya ibu Mega senang sekali makan di sini jika berkunjung ke Manado.

Bagi penggemar nasi kuning, nasi kuning dari RM Seroja juga amat terkenal di Manado. Sayangnya saya menikmati nasi kuning ini pas makan siang jadi rada kurang cocok... walaupun tetap enak. Memang, nasi kuning ini pas banget kalau untuk sarapan.. dengan lauk le


Oci Bakar
ngkap pasti bikin sarapan pagi hari jadi lebih istimewa. Selain itu, bagi saya yang muslim, rasanya adeeem makan disini, karena ternyata pemiliknya muslim..

Namun demikian, Jujur saja, secara keseluruhan untuk menu ikan, saya masih memegang kota Jayapura sebagai penyaji menu ikan paling istimewa.. segar dan lezat ikannya..


Kamis, 15 Oktober 2015

Perbatasan Indonesia - Papua New Guinea, Indah Bingits !!

Saat pertama ditugaskan untuk ke Jayapura, saya sempat Googling dan tanya-tanya teman yang sudah pernah ke Jayapura perihal kota tersebut dan tempat menarik untuk di kunjungi.

Dari hasil googling, banyak tempat yang direkomendasikan untuk didatangi seperti Pasar Hamadi dan Pantai Hamadi untuk membeli oleh-oleh, Danau Sentani atau pantai G-Base atau bahkan kalau sempat mengunjungi perbatasan RI - PNG. Sedangkan dari teman yang baru saja bertugas ke Jayapura tidak banyak merekomendasikan. Bahkan cenderung bilang bahwa saya akan be-te bertugas seminggu di Jayapura.Menurutnya, Jayapura tidak menarik dan tak ada tempat hangout yang asik. "Elo bakalan bete banget deh, kotanya kecil, gitu-gitu aja dan agak jorok karena banyak bekas ludah pinang berceceran dimana-mana." Ups!!

Berbekal informasi minim, saya pun menginjakkan kaki di Jayapura. Dengan flight Garuda Indonesia malam, sampai di Bandara Sentani pagi hari pukul 7 pagi. Dari Bandara Sentani ke kota Jayapura sekitar 1 jam perjalanan dengan pemandangan yang lumayan indah. Kesan saya cukup baik perihal jalan antara Bandara - Kota Jayapura, lumayan mulus dan tidak terlalu macet.  Dan sesampainya di hotel, kesan saya terhadap Jayapura cukup baik, seperti kota kecil di Pulau Jawa dan ngga terlalu tertinggal pembangunannya. Hotelnya juga cukup baik dan bersih.

Karena di pesawat ngga bisa tidur, saya dan teman-teman langsung menuju hotel untuk tidur. Bangun pas makan siang waktu Jayapura. Karena menurut beberapa teman, biaya hidup di Jayapura mahal maka kami mencari RM Padang dan berhasil menemukannya di dekat hotel. Dan harganya masih affordable lah, mirip RM Padang di Jakarta, dengan satu lauk dan sayur dibanderol Rp25.000,00. Masih lebih murah malah dengan RM Padang yang di Karawaci.

Secara umum kota Jayapura cukup menarik. Dengan kontur berbukit, pemandangan pantai ke Samudera Pacific luar biasa. Laut lepas nan biru dengan perpaduan pulau-pulau nan hijau, memanjakan mata saya yang terlalu sering melihat hutan beton di Jakarta. Perihal banyaknya ludah pinang, bagi saya ngga terlalu mengganggu tuh.. mungkin karena tingkat toleransi saya terhadap "kejorokan" lumayan tinggi kali ya.. he..he.





Mujaer Bakar

Ketika makan malam, kami secara kebetulan menemukan RM. Nusantara di samping Mall Jayapura yang menjual mujaer bakar. Tadinya kami berfikir, kok mujaer ya? kenapa ngga ikan laut aja?

Dan ternyata,  gila bookk!!.. mujaernya enak bingits.. seger dan nikmat banget. Padahal bumbu ikannya minimalis banget kayanya, cuma garam dan jeruk nipis. Lalu temannya adalah lalapan daun singkong, timun dan kol. Walah, walu di banderol Rp100.000,00 ngga nyesel deh.
Mujaer Bakar RM. Nusantara.. juara!!

Selidik punya selidik, ternyata RM Nusantara emang ngetop banget ikan muajer bakarnya.. dan kami langsung jatuh cinta dengan menu mujaer bakar. Hingga pas ada kesempatan nemu mujaer bakar, kita pesen mujaer bakar lagi.. he..he..

Dan ngomong-ngomong masalah ikan, konon ikan di Indonesia Timur emang enak banget. Rasa dagingnya seger karena cenderung perairannya masih belum tercemar. Dan saya beruntung dijamu makan malam dengan ikan tuna bakar, bakarnya langsung di pinggir Pantai Base G, yang menghadap Samudra Pacific. lagi-lagi, juara deh pokoknya ikan-ikan dari perairan Papua ini.

Ih, jika selama ini cuma membayangkan kata Samudera Pasific dan membacanya dari buku pelajaran, sekarang saya berhadapan langsung dengan garis pantai Samudera Pasifik. Rasanya serem banget, menghadapi samudera seluas itu dengan ombak yang datang silih berganti.. mungkin terlalu lebay, tapi itu suasana yang saya rasakan..
Tuna Segar Bakar.. bahkan dagingnya terasa manis

Perbatasan Indonesia - PNG

Sehari sebelum kembali ke Jakarta, saya dan teman-teman berkesempatan mengunjungi perbatasan Indonesia - PNG. Wuih, seneng rasanya membayangkan suasana perbatasan. Pasti seru tuh, ada petugas kedua negara yang berjaga-jaga dengan ketat dan bertemu dengan indegeneous people.

Pejalanan kota Jayapura - perbatasan PNG di tempuh kurang lebih satu jam perjalanan dengan kendaraan pribadi. Konon kalau mau, bisa juga dengan menyewa ojek sepeda motor. Tapi kebayangkan naik motor selama satu jam dengan kondisi ngga macet, berapa jauhnya coba!!.

Tapi, satu jam perjalanan terasa ngga terlalu membosankan. Pemandangan indah dan hutan perawan rasanya tak henti memanjakan mata. Untungnya jalan menuju perbatasan cukup mulus sehingga perjalanan  terasa nyaman. Dan walaupun menuju perbatasan, ternyata tidak sesepi yang dibayangkan loh.. kita akan menemui pemukiman penduduk yang cukup ramai dengan pasar dan rumah ibadah yang cukup besar (mesjid). Rasanya ngga seperti di pedalaman Papua deh..

Setelah menempuh satu jam perjalanan, sampailah kami di perbatasan RI - PNG. Dan ternyata pengamanannya tidak seketat yang dibayangkan. Meskipun ada TNI yang berjaga-jaga dengan laras panjang, tetapi mereka sangat ramah dan sopan. Kita cukup diminta menyerahkan kartu identitas di pos penjagaan.

Suasana di perbatasan juga ramai denga aktifitas jual beli. Ternyata ada pasar di wilayah RI yang memang sengaja dibangun untuk memfasilitasi jual beli antara penduduk papua di wilayah RI dengan penduduk papua WN PNG. Kebanyakan sih yang berlanja orang-orang PNG, karena saya lihat banyak sekali orang-orang PNG yang berjalan kaki melintasi perbatasan dengan gerobak yang penuh barang-barang produksi RI. Ini mungkin transaksi eksport yang ngga tercatat di BPS kali ya..

Setelah meninggalkan ID di pos TNI, kami memasuki garis demarkasi RI -Papua dan dengan mudahnya "nyelos" kantor imigrasi RI - PNG. Mungkin karena sudah biasa, ngga ada pemeriksaan sama sekali. Kami dengan santai berfoto dan melawati garis perbatasan. Memasuki wilayah PNG yang cuma sekitar 100 meter dari perbatasan, jaringan GSM udah ngasih peringatan perihal roaming. He..he..  terasa di luar negerinya juga sih.

Dan ternyata di wilayah PNG memang ada spot baguuuss banget buat foto-foto. Garis pantai dengan laut yang biru seperti lukisan dan bukit hijau membayar kelelahan dan cuaca yang cukup panas. Sama penduduk lokal yang runahnya emang ada si spot itu, kita diminta bayar Rp10.000 per orang.. ngerti komersil juga dia..

Di wilayah PNG  kita bisa nemu penjual sosis domba yang dimakan dengan pisang. Dengan pertimbangan warnya yang merah bingits dan status kehalalannya, saya ragu untuk nyoba.. walau pingin tahu bingits. Ada juga yang jual kaos, topi dan bendera PNG.. yah kalau senang belanja sih, mungkin bisa buat oleh-oleh.

Nah, itu sedikit kisah perjalanan ke Jayapura semoga bermanfaat

Selasa, 15 September 2015

Hutan Mangrove Muara Angke

Sudah lama banget niat mengunjungi hutan bakau ini. Lihat dan baca dari beberapa media, kayanya hutan bakau ini keren dan asyik untuk dikunjungi. Dari beberapa foto yang ada di internet, kelihatannya asyik banget.. hijau dengan jalan setapak yang terbuat dari kayu-kayu.

Hutan bakau muara angke
Dan niatan tersebut baru kesampaian kemarin (Minggu 13 Sep 2015). Karena ngga tau rute jalan dari Jakarta Selatan ke Muara Angke, saya memutuskan untuk naik angkutan umum. Dari terminal Blok M saya naik Transjakarta jurusan Blok M - Kota, lalu pindah di halte Bendungan Hilir dengan rute Pluit - Pinang Ranti. Turun di pemberhentian/halte terakhir di Pluit Village Mall.

Dari sini, karena bingung (meskipun udah Googling katanya bisa naik angkot, tapi mesti ganti angkot dan ada jalan kaki juga), akhirnya ada Abang Bajaj yang nawarin nganter sampai depan pintu masuk hutan bakau tersebut. Ngga pikir panjang, saya okeh ajahhh.. daripada nyasar dan capek.. ga pa2 lah. Dengan tarif Rp40.000 (udah nawar tapi ngga dapet) saya anteng dianter sampai pas pintu gerbang hutan bakau. 

Ternyata fasilitas yang tersedia lumayan lengkap. Ada mesjid, tempat makan dan tempat menginap juga. Tapi kalau nginep di sini rasanya ngga deh... sepi  dan kayanya serem  mesti tidur di atas rawa-rawa gitu. Takut ada buaya masuk atau mungkin secara mistis ada??!???? hi... serem ah!!

Asyik juga buat kere-kerenan
Nah, dihutan bakau ini. udah dibuat tuh track untuk menyusuri hutan, termasuk ada juga menara pandang untuk mengamati burung-burung. Harusnya hutan ini asyik banget buat tempat melarikan diri dari hiruk pikuk Jakarta. Sayangnya banyak sampah plastik berserakan diantara pohon-pohon bakau. Tidak hanya sampah yang terbawa arus laut, tapi juga sampah pengunjung yang masih seenaknya membuang botol dan plastik makanan. Duhh.. rasanya sebell banget sama pengunjung yang model begini...

Sebenarnya, dengan tiket masuk seharga Rp25.000, kita bisa mengeksplor hutan bakau ini sampai jam 5 sore. Tapi saya memutuskan untuk kembali selepas tengah hari. dan dari sini saya naik taksi kembali ke Pluit Village Mall. dan ternyata ongkosnya sama dengan naik bajaj Rp40.000 juga.   Duh!!/.. rejekinya si abang bajaj deh..

Again, selalu setiap berkunjung dari tempat wisata di Indonesia, rasa prihatin saya muncul terhadap saudara-saudara Indonesiaku,:
1. Kenapa sih mereka selalu aja buang sampah sembarangan?
2. Tempat wisata tersebut sebenarnya lebih keren dari yang dipunyai negara tetangga, tetapi kenapa sih lemah dalam hal pengelolaan, kotor dan cenderung kurang terawat sehingga kurang dikenal dan dimintai oleh turis asing
3. Kemudahan mencapai tempat wisata kurang memadai, sehingga agak sulit menjangkaunya. Mungkin kalau trasportasi nya mudah bakalan banyak turis manca yang dateng juga..



Rabu, 05 Agustus 2015

Paksey City, Lao PDR



Bisa berpergian ke luar negeri bisa jadi menjadi impian sebagian besar dari kita. Sebagian orang pasti membayangkan bisa melihat kota-kota besar dunia yang masyur; entah di Eropa, Amerika atau Asia Timur, Timur Tengah plus Singapura, Hong Kong, at least Kuala Lumpur dan Bangkok.  Tapi kalau ditawari pergi ke Negara yang secara ekonomi dan pembangunan masih agak tertinggal dari Indonesia, seperti Lao PDR (Loas) mau ngga ya? Kalau ditanya pasti mikir-mikir. Kalau sudah tugas ya harus berangkat dong. Dan ternyata?  seruu bingits!!

Keseruan pertama adalah proses mencari flight yang tersedia. Mencari flight langsung ke ibu kota negaranya aja sangat terbatas apalagi ke ibu kota provinsi seperti Paksey City di Provinsi Champssak di Lao Selatan. Direct flight langsung ke Paksey City hanya ada dari ibu kota Thailand Bangkok dengan menggunakan Thai Air/Lao Air  atau dengan Lao Air dari Siem Reap di Cambodia. Dengan supply yang terbatas tersebut, petualangan mencari penerbangan menjadi drama pertama.

Paksey City
Sampai jam 9 padi di hari Sabtu, belum ada kepastian dapat pesawat atau tidak. Kepastian baru di dapat mendekati pukul 11 siang dan harus berangkat malam ini juga karena penerbangan hari Minggu penuh. Itupun dengan konsekwensi rombongan terpecah, sebagian ada yang dapat penerbangan di Hari Minggu.  Saya bareng teman dari Direktorat Internasional dan Jenny bareng teman dari DPNP (Perbankan)
Dengan supply penerbangan yang terbatas, otomatis   perjalanan yang ditempuh penuh tantangan. Penerbangan ke Paksey City harus menggunakan beberapa maskapai dan berhenti di banyak tempat. Penerbangan pertama adalah rute Jakarta – Singapura. Sebenarnya ini penerbangan normal, tapi karena harus menyesuaikan dengan connecting flight yang ke Vientiane, maka kita harus berangkat dari Singapura ke Bankok dengan pesawat yang pagi, so mau ngga mau  harus menginap di Singapura agar besoknya bisa mengejar penerbangan pagi ke Bangkok. 

Emang kalo semua mepet-mepet, segalanya jadi agak kacau. Hotel transit ternyata penuh dan kamar available pukul 2 pagi waktu Singapura. Weleh buat apa kalau begitu, baru merem dah bangun lagi. Akhirnya diputuskan menginap di Lounge yang menyediakan kamar, tapi kamarnya cuma dibatasi dinding tanpa pintu alias hanya di halangi curtain. Kalau ada yang iseng, bisa masuk kapan saja tanpa ada halangan. Walau cukup nyaman, tapi ngga bisa tidur dengan nyenyak juga.

Penerbangan Singapura – Bangkok - Vientiane tak ada kendala karena menggunankan Singapore Airlines dilanjutkan dengan Thai Air. Namun saat mendarat di Bandara Wattay International Airport di Vientiane, agak heran juga. Bandaranya tidak lebih bagus dari Bandara di Kota kecil di Indonesia. Tidak jauh dari turun pesawat, langsung berhadapan dengan imigrasi yang kebetulan cepet banget, karena cuma beberapa orang saja yang bukan orang Lao.

Keluar dari terminal internasional, saya harus pindah ke terminal domestic karena menggunakan penerbangan domestic Lao Air untuk menunju Paksey City. Di sini saya sempat menukar uang Dollar Singapura dengan Kip Lao, tetapi ternyata ngga bisa. Mereka hanya menerima beberapa mata uang saja seperti USD dan beberapa Negara lain. Wow.. 

Pindah dari terminal internasional ke terminal domestic sebenarnya tidak jauh, namun kami kesulitan menemukan petugas yang mengerti bahasa inggris. Dengan modal sok tau, kita keluar terminal dan untungnya langsung kelihatan petunjuk terminal domestic di atas nama sebuah bangunan.

Agak kaget juga saat masuk terminal domestic, bangunannya kurang terawat dan sedikit kumuh. Ngga masalah lah, yang penting toiletnya bersih. He..he.. toiletnya bersih karena jarang digunakan. Saya yang sedang pilek, bolak-balik buang ingus di toilet dengan bebasnya srat-srot.. ga ada saingan sih..sepi!

Saat menunggu keberangkatan, kita mulai was-was ketika menyadari bahwa pesawat yang parkir semuanya pesawat yang menggunakan baling-baling alias pesawat kecil. Apalagi di pengumuman tercantum tulisan jumlah penumpang cuma 30 orang. Ngebayangin cerita teman-teman yang menggunakan pesawat baling-baling kaya nya serem, tapi ternyata baik-baik aja. 

Yang bikin aneh justru penerbangan dari Vientiane ke Paksey City ternyata mesti singgah/transit di Savanneth airport buat ngisi bahan bakar padahal kita mengira bahwa kita ngga bakalan transit lagi. Halah, kebayang kan mesti berapa kali kami transit untuk sampai di Paksey City. Lucunya, di pesawat pengumuman transit disampaikan dalam bahasa Lao dan ngga pakai pengeras suara. Jadilah penumpang yang dibelakang kebingungan kenapa mesti turun dari pesawat..

Tapiiii, semua  kebayar kok pas sampai di Paksey City. Hotelnya nyaman dan bersih dengan view sungai Mekong yang mengalir deras dan lebar. Dan yang paling menghibur adalah makanan yang disajikan enak-enak. Enak dalam artian bumbunya/rasanya pas dengan lidah Indonesia. Buat saya, yang lebih menghibur tentu adalah ada ikan asin yang disajikan saat sarapan. Ikan asin disajikan untuk pelengkap bubur. Buburnya ngga seperti kita yang berasnya sampai hancur menyatu, buburnya masih berbentuk nasi dengan kuah. Tapi tetap enak sih.. sambelnya juga seperti sambel terasi untuk cocolan lalap sayuran.. pedes poll!!
Karena Paksey kota kecil, kita memutuskan untuk eksplore dengan berjalan kaki. Dan beruntung banget, nemu penjual duren di pasar tradisional. Huhhh… duren local dan rasanya juara.. murah pula Cuma 30000 Kip atau sekitar 45000 Rupiah. Pokoknya the best durian I ever eat!!. Puas banget pas balik ke hotel untuk istirahat..

Hahh.. malam pertama di Paksey, membayar semua kelelahan untuk mencapai kota ini.

(Bersambung)