Sabtu, 17 Maret 2007

"Cici Marah Sama Ayah"

"Cici marah sama Ayah, habis Cici ngga diajak ke Australia." Ayah benar-benar nangis waktu denger Cici ngomong seperti itu di telpon. Hati saya benar-benar teriris, walau mungkin itu cuma ekspresi spontan dan kepolosan seorang anak, tapi saya yakin, sebenarnya itu ada dalam fikiran Cici.
Cici sayang, bukan Ayah ngga mau ngajak Cici ke Australia tapi banyak pertimbangan yang Ayah dan Bunda sudah diskusikan. Di sini memang enak dalam beberapa hal, tapi lebih banyak ngga enaknya. Contohnya, dari segi materi- kalau di Jakarta hampir semua keinginan Cici pasti Ayah dan Bunda penuhi sepanjang tidak membahayakan buat perkembangan fisik dan mental Cici. Kalau di sini, Ayah dan Bunda pasti berhitung matang-matang dulu sebelum memutuskan membelikan Cici sesuatu. Padahal itu mungkin bagus buat Cici dan Abang. Belum soal lainnya. Misalnya, individualisme dan interaksi sosial yang tidak intens. (Soal ini Cici dan Abang akan mengerti kalau sudah dewasa).
Belum lagi soal hubungan Ayah dengan Cici dan Abang. Walau jauh, ayah tetap merasa dekat dengan kalian. Ayah selalu mengingat kalian dan berdoa untuk kalian. Memang kita tidak bertemu secara fisik, tapi batin ayah selalu dekat dengan kalian. Kalau kalian disini, memang dekat secara fisik, tapi mungkin juga ayah ngga bisa sering-sering interaktif dengan kalian. Karena apa? karena ayah sibuk belajar dan cari uang.
Tapi, apapun alasannya..semua keputusan yang Ayah dan Bunda ambil sepenuhnya adalah untuk kebaikan kalian. Semoga kalian mengerti, semua hanya untuk kalian, -Abang, Cici dan Bunda-, Permata hati dan harapan Ayah

Tidak ada komentar: