Surat yang tak pernah terkirim

Ini adalah salah satu curahan hati ayah, yang semula diniatkan untuk dikirimkan via post kepada bunda, rifqi dan rizky. Tapi batal dengan pertimbangan "koq ayah cengeng banget sich??". Nah silahkan membaca isi hati ayah yang sesungguhnya.

St. Lucia, Brisbane, 1 Maret 2007

Hari ini hampir dua bulan Ayahtinggal di Australia. Sendiri, sepi, rindu pada anak, istri dan keluarga di Indonesia adalah tantangan terberat buat Ayah. Apalagi bila ingat anak-anak Ayah yang lucu dan sedang tumbuh, ingin rasanya Ayah terbang kembali ke Indonesia. Mendekap, mencium, dan bermain bersama mereka dibawah hangatnya mentari. Kadang Ayah merasa bersalah meninggalkan mereka disana, tapi bagaimana lagi..Ayah sudah mengambil keputusan yang terburu-buru. Sungguh Ayah menyesal, coba seandainya dulu saya tidak mengambil keputusan untuk meninggalkan mereka, mungkin sekarang mereka sudah bersama-sama disini.

Walaupun secara teori seorang anak harus tumbuh dalam curahan kasih sayang ayah dan bundanya, tapi Ayah juga percaya, bahwa bunda bisa merangkap tugas sebagai ayah dan ibu sekaligus walaupun pasti kasih sayang seorang ayah tidak bisa digantikan 100%.

Bila ingat itu sungguh Ayah merasa bersalah. Dan setiap kali Ayah menulis kartu pos kepada anak-anak, Ayah selalu meminta maaf kepada mereka. Entah, apakah kesalahan Ayah ini akan termaafkan oleh mereka. Ya Allah, mereka hanyalah anak-anak yang lucu dan belum mengerti dunia. Tolong ya Allah, berilah pengertian kepada mereka arti kepergian ayah ini. Izinkan ayah memeluk, mendekap dan mencurahkan kasih sayang kembali kepada mereka. Izinkan ya Allah…

Kadang ada tanda tanya besar dalam hati kalau sampai ada orang tua yang tega meninggalkan anaknya. Ih, walaupun mungkin dalam keadaan terpaksa, tapi tidak seharusnya anak menjadi korban.

Dan malam ini, sama seperti malam2 sebelumnya. Dalam tangis yang tertahan, hamba mohon petunjuk Mu ya Allah. Mana yang terbaik untuk hamba. Sungguh, kerinduan kepada Rifqi dan Rizky begitu memuncak. Mereka permata hatiku, harapanku dan pelipur laraku. Ya Allah, berikan petunjukMu kepada hamba dan kepada istri hamba, agar tercapai kesepakatan yang melegakan hati. Ampuni hamba yang jarang berkonsultasi dahulu denganMu sebelum mengambil keputusan.

Sungguh hamba tak bisa membohongi diri sendiri, bahwa memang seharusnya hamba membawa mereka ke sini. Ya Allah, berikanlah jalan Mu. Bunda, bunda ngga kasihan sama ayah? Sama anak2? Kita semua saling butuh kasih sayang. Ayah yakin, kita bisa menghadapi semua ini bersama-sama.

Sekarang ayah hanya berharap, Allah memberi yang terbaik kepada kami semua. Ayah sadar, pasti ada hikmah dibalik semua ini.

Komentar