Pubbing and Turkis' Restaurant

Semalam (7 April 2007) Ayah merasakan untuk pertama kalinya -selama di Brisbane- makan malam di restoran (Ahmets' Restaurant) di South Banks kemudian mengunjungi sebuah pub di jantung kota Brisbane (Brewpub).
Ceritanya, ketika Ayah sedang bete banget karena seharian hanya dikamar, browsing, ngerjain asignment, Ayah telpon teman Ayah -Sony-, sekedar mengilangkan kejenuhan dan kesepian dan bilang Ayah mau main ke rumahnya. Ok, katanya.
Eh, ternyata Sony punya jadwal makan malam karena temannya merayakan ulang tahun yang ke-24. Jadilah ayah dadakan ikutan, walau ngga diundang, tapi atas nama Sony, cuek aja ikut. Meluncurlah Ayah, Sony dan teman-teman rumah Sony yang dari berbagai bangsa (Perancis, Australia-Amerika, Singapura, Banglades, China, Vietnam dan Iran) ke restoran Turki. Ngga seperti adat di Indonesia, yang berulang tahun adalah yang menanggung biaya makan, kalau disini ya tetap bayar sendiri-sendiri (tapi itu lumrah koq di adat barat). Kita milih makanan yang bisa dishare rame-rame yang costnya perorang sekitar AUD25. Hi..hi..lucunya karena Ayah ngga niat sebelumnya, Ayah cuma punya AUD20 di kantong, so, apalagi kalau ngga minjem ke Sony.
Selesai makan, kita lanjutkan ke Pub di jantung kota Brisbane. Ngga seperti perkiraan Ayah sebelumnya, yang membayangkan suasana hingar bingar dan crowded, ternyata disini ngga begitu ramai, ngga ada orang mabuk berat. Yang ada cuma live music dan TV layar datar besar yang menayangkan pertandingan Australian Football. Mungkin karena malam minggu kali ya (Di sini lebih ramai malam sabtu dibanding malam minggu -red).
Teman-teman internasional semuanya nge-beer, ngga terkecuali teman Singapura, Banglades dan Iran yang katanya muslim, menenggak dengan nikmat beer dan jenis minuman alkohol lain. Cuma Ayah dan Sony aja yang ngga ikutan, pesan Coke juga ternyata emang ngga ada. Ayah dan Sony cuma asik mengamati suasana aja jadinya.
Ngga terasa, jam menunjukkan pukul 11.45 malam. Kami bergegas bergerak, takut kehabisan bis terakhir. Dengan berlari kecil, kita menuju halte bis no. 412 yang akan membawa kami kembali ke St Lucia. Ah, syukurlah ternyata masih ada.
Ya, itulah pengalaman pertama Ayah ngeliat dan ikut gimana cara bergaul international. Kita bergaul secara dewasa dan demokratis, ngga ada paksaan untuk melakukan hal yang kita ngga suka. Asyik juga sih, jadi tau gimana cara mereka merayakan ulang tahun dan menghabiskan malam bersama..

Komentar