Bunda, Abang dan Cici.. hari-hari Ayah sekarang selain di isi dengan kegiatan kuliah adalah bercengkrama dengan anak-anak Om Coco. Kalian masih ingat mereka khan? Auffa, Azza dan Ami, tiga putri kecil Om Coco. Sekarang hampir setiap hari ayah main bersama mereka, soalnya mereka belum punya teman baru di sini. Ya udah, mereka jadinya main sama Ayah. Kadang mereka menganggap Ayah seperti teman sepantaran mereka, main ibu-ibuan, atau cerita tentang sesuatu. Pokoknya lucu...
Kadang ayah seneng juga gendong Ami, putri paling kecil. Soalnya lucu dan masih imut. Ngomong dan tingkah lakunya juga bikin ayah gemes. Tapi ya itu, dia jadi mengingatkan Ayah pada Cici. Uh, malah sedih jadinya.
Sehabis bermain dengan Ami dan menggendong dia dalam pangkuan Ayah, Ayah benar-benar kangen banget sama Cici. Pengen banget rasanya Ayah mneggendong Cici, membelai, menyentuh dan merasakan kehangatan di peluk Cici. Kok cuma Cici, Abang dan Bunda ngga? Ya, Abang dan Bunda juga, tapi Cici tetaplah yang paling Ayah rindukan. Karena pada saat Ayah pergi ke Australia, Cici sedang lucu-lucunya, sedang tumbuh menjadi seorang yang menggemaskan dan cerdas. Pokoknya selalu membuat Ayah kangen, pingin cepat pulang ke rumah setiap pergi kerja.
Dan, Ayah tak bisa membendung airmata Ayah. Ayah menangis, tertahan..pedih sekali rasanya. Cuma satu keinginan Ayah, bertemu kalian, terus memeluk dan mencium Cici, Abang dan Bunda. Ah, benar-benar rasanya beban rindu ini.
Hampa
Pernah suatu hari, Ayah merasa hati ini hampa. Rasanya hidup Ayah kosong, walaupun sudah berusaha untuk berbesar hati: bahwa semua ini hanya sementara. Ayah berusaha membuang kehampaan tersebut dengan menelpon bunda dan kalian ke Jakarta. Setelah itu pergi belanja ke Coles Supermarket. Semata-mata hanya untuk menghilangkan perasaan hampa di hati.
Tapi apa yang terjadi? sepulang dari Coles, Ayah malah rasanya malas banget kembali ke rumah. Mau ngapain? begitu pikir Ayah. Ngga ada yang menunggu Ayah di rumah, ngga ada yang menyambut Ayah dengan gembira setiap Ayah pulang ke rumah. Sedih banget...
Ayah berjalan dengan gontai, dengan langkah-langkah kecil yang malas. Hati hampa, airmata serasa hendak menetes selalu. Pokoknya ngga bisa dijelaskan perasaan Ayah saat itu. Ditambah pula dengan suasana sepi di sekitar tempat ayah tinggal, memperparah perasaan Ayah.
Ya, ternyata Ayah memang tak bisa hidup tanpa kalian rasanya. Ayah berharap Allah mengizinkan kita untuk bisa bersama lagi. InsyaAllah, saat kita bersama lagi nanti, kita isi hari-hari kita dengan kebahagiaan dan kegiatan yang lebih seru dari yang dulu-dulu. Semoga Allah memberi lebih banyak lagi tahun-tahun penuh kebahagiaan. Amin
Komentar