Wah, tinggal dalam satu rumah dengan banyak keluarga emang banyak masalah. Ayah mengalami sendiri hal itu. Ada-ada aja masalah yang dihadapi, dan semua masalah itu harus diselesaikan dengan menahan rasa dan pertimbangan tidak akan melukai perasaan teman serumah.
Mau tau masalahnya apa? berikut beberapa hal yang menurut ayah adalah sebuah masalah, paling tidak bermasalah dari sudut pandang ayah:
1. Masalah kenyamanan
Benar-benar ngga nyaman deh kalau rumah itu overload penghuni. Seperti rumah yang ayah tinggali sekarang sebetulnya overload banget: 5 orang dewasa dengan tiga anak kecil. Menurut ketentuan sih seharusnya dengan jumlah tersebut jumlah kamar minimal empat atau lima kamar tidur dan tiga kamar mandi.
Emang sih dari segi kamar tidur dan kamar mandi selama ini tidak terjadi suatu benturan karena masing-masing punya kamar mandi dan kamar tidur pribadi. Tapi, dari segi kenyamanan yang lain, misalnya soal menikmati suasana santai di ruang keluarga. Karena ramai banget, jadi susah juga buat duduk berleha-leha sambil menonton TV. Apalagi ketiga anak kecil tersebut sedang dalam masa pertumbuhan dan lagi senang banget main. Jadinya kalau lagi ngumpul, niatnya mau intermezo sejenak menghilangkan kepenatan dikamar, malah direpotin sama anak-anak tadi. Ngga enak kan? (kalau anak sendiri sih ngga ada rasa direpotin deh-red)
2. Masalah makan
Ini juga masalah deh. Mau masak sendiri, rasanya gimana gitu, terlalu crowded di dapur, karena kalau masak sendiri-sendiri jadi gantian dan pasti antri. Terus juga, masalah stock makanannya. Karena fridge nya cuman satu dan sebenarnya untuk kapasitas satu keluarga, kalau masing-masing punya stock makanan, fridge-nya jadi overload. Terpaksa deh ngalah, ikutan sharing aja. Walau dari segi ini rada mending karena ngga direpotin sama urusan masak, tapi bermasalah di soal selera.
Kalau ayah sukanya makanan yang pedas, asam dan berbumbu. Sementara, kalau sharing masalah selera ya ikutan yang masak. Kadang-jujur- ngga berselera juga sama masakan yang ada, tapi dari pada lapar dan memang sudah sharing (rugi dong kalau ngga makan) ya dimakan juga. Kadang pingin juga masak selera sendiri, tapi malah jadi boros dong. Bingung deh!
3. Masalah anak-anak
Seperti point 1, ini terutama berkaitan dengan prilaku anak-anak. Betul mereka memang senangnya main dan dimanja, tapi kalau sampai yang diajak main merasa terganggu juga jadi masalah kan? Contohnya begini: kalau pagi, sebenarnya rencana ayah adalah selesai sarapan, ayah kembali ke kamar untuk baca buku, belajar atau mengerjakan sesuatu. Tapi karena diajak main sama anak-anak, terpaksa deh ayah ngga bisa langsung balik ke kamar.
Untuk menemani bermain ini minimal menghabiskan waktu 30 menit sampai satu jam. Udah gitu jenis permainannya bikin ngga mood, seperti main mama-papa (Ayah dipanggil mama dan harus berlaku seperti seorang mama). Sebel juga sih rasanya diatur-atur sama anak kecil dan kadang mereka suka over-acting juga. Mau ninggalin ngga enak sama ibunya, mau diterusin makan hati.
Sebenarnya ayah suka sama anak kecil, tapi kalau mesti berlaku seperti itu, ya malas juga. Dan ujung-ujungnya, mood ayah untuk belajar langsung hilang saat kembali ke kamar. Di kamar malah cuma kesal sendiri jadinya, habis ngga enak mau ngapa-ngapain.
Another masalah adalah, pada saat ayah makan, baik itu sarapan, makan siang atau makan malam pasti deh di gangguin (bahasa betawinya: direcokin. Entah sendoknya diambil, terus makanannya diaduk-aduk. Kadang ayah disuapin (ih ngga enak banget disuapin anak kecil, mereka kan ngga ngerti interval tiap suapan), padahal dimulut ayah masih penuh. Lebih aneh lagi, kadang mereka nonton ayah makan sambil bilang-bilang: Om telurnya om, om sayur nya..ih..jadi ganggu selera kan?
Pernah juga susu ayah diaduk-aduk, udah gitu tumpah. Parahnya lagi, susunya kemasukan makanan dari mulut salah satu anak tadi. Walah, kalau anak sendiri sih ngga mengapa. Kalau anak orang -walau dia bersih- rasanya gimana gitu?! susunya kemasukan makanan yang dari mulut:(..untungnya bisa ayah buang, disaat ibunya ngga lihat..
3. Masalah bill
Nah hari ini dateng tagihan listrik sebesar AUD260. Oalah mak, mahal be'eng. Masak sih samapai segitu mahal, listriknya dipakai buat apa aja tuh?
Masalah disini adalah bagaimana membagi bill listrik tersebut secara adil. Kalau mau adil kan seharusnya bill tersebut tidak dibagi rata. Misalnya, ayah yang sendiri tentu bayarnya harus lebih murah dari yang berkeluarga dong. Mereka pasti pemakaian lsitriknya pasti lebih banyak seperti cuci baju, setrika, mandi dan masak. Tapi, ayah ngga yakin mereka bakal berfikir seperti itu. Ya, terpaksa ngalah lagi deh.
Terus juga masalah kebersihan. Karpet diruang tamu sekarang kotornya minta ampun. Tumpahan susu, makanan, air minum, buah dan lain-lain membuat karpetnya udah ngga jelas kebersihannya. Nah, siapa ya yang akan bertanggung jawab buat manggil professional carpet cleaner dan membayarnya? Kalau secara logika pasti yang punya anak ya...tapi apa ayah tega?
hah..ternyata banyak benar ya masalah diluar masalah kuliah, kangen dan bosan dengan kehidupan di St Lucia ini..cape deh..
Mau tau masalahnya apa? berikut beberapa hal yang menurut ayah adalah sebuah masalah, paling tidak bermasalah dari sudut pandang ayah:
1. Masalah kenyamanan
Benar-benar ngga nyaman deh kalau rumah itu overload penghuni. Seperti rumah yang ayah tinggali sekarang sebetulnya overload banget: 5 orang dewasa dengan tiga anak kecil. Menurut ketentuan sih seharusnya dengan jumlah tersebut jumlah kamar minimal empat atau lima kamar tidur dan tiga kamar mandi.
Emang sih dari segi kamar tidur dan kamar mandi selama ini tidak terjadi suatu benturan karena masing-masing punya kamar mandi dan kamar tidur pribadi. Tapi, dari segi kenyamanan yang lain, misalnya soal menikmati suasana santai di ruang keluarga. Karena ramai banget, jadi susah juga buat duduk berleha-leha sambil menonton TV. Apalagi ketiga anak kecil tersebut sedang dalam masa pertumbuhan dan lagi senang banget main. Jadinya kalau lagi ngumpul, niatnya mau intermezo sejenak menghilangkan kepenatan dikamar, malah direpotin sama anak-anak tadi. Ngga enak kan? (kalau anak sendiri sih ngga ada rasa direpotin deh-red)
2. Masalah makan
Ini juga masalah deh. Mau masak sendiri, rasanya gimana gitu, terlalu crowded di dapur, karena kalau masak sendiri-sendiri jadi gantian dan pasti antri. Terus juga, masalah stock makanannya. Karena fridge nya cuman satu dan sebenarnya untuk kapasitas satu keluarga, kalau masing-masing punya stock makanan, fridge-nya jadi overload. Terpaksa deh ngalah, ikutan sharing aja. Walau dari segi ini rada mending karena ngga direpotin sama urusan masak, tapi bermasalah di soal selera.
Kalau ayah sukanya makanan yang pedas, asam dan berbumbu. Sementara, kalau sharing masalah selera ya ikutan yang masak. Kadang-jujur- ngga berselera juga sama masakan yang ada, tapi dari pada lapar dan memang sudah sharing (rugi dong kalau ngga makan) ya dimakan juga. Kadang pingin juga masak selera sendiri, tapi malah jadi boros dong. Bingung deh!
3. Masalah anak-anak
Seperti point 1, ini terutama berkaitan dengan prilaku anak-anak. Betul mereka memang senangnya main dan dimanja, tapi kalau sampai yang diajak main merasa terganggu juga jadi masalah kan? Contohnya begini: kalau pagi, sebenarnya rencana ayah adalah selesai sarapan, ayah kembali ke kamar untuk baca buku, belajar atau mengerjakan sesuatu. Tapi karena diajak main sama anak-anak, terpaksa deh ayah ngga bisa langsung balik ke kamar.
Untuk menemani bermain ini minimal menghabiskan waktu 30 menit sampai satu jam. Udah gitu jenis permainannya bikin ngga mood, seperti main mama-papa (Ayah dipanggil mama dan harus berlaku seperti seorang mama). Sebel juga sih rasanya diatur-atur sama anak kecil dan kadang mereka suka over-acting juga. Mau ninggalin ngga enak sama ibunya, mau diterusin makan hati.
Sebenarnya ayah suka sama anak kecil, tapi kalau mesti berlaku seperti itu, ya malas juga. Dan ujung-ujungnya, mood ayah untuk belajar langsung hilang saat kembali ke kamar. Di kamar malah cuma kesal sendiri jadinya, habis ngga enak mau ngapa-ngapain.
Another masalah adalah, pada saat ayah makan, baik itu sarapan, makan siang atau makan malam pasti deh di gangguin (bahasa betawinya: direcokin. Entah sendoknya diambil, terus makanannya diaduk-aduk. Kadang ayah disuapin (ih ngga enak banget disuapin anak kecil, mereka kan ngga ngerti interval tiap suapan), padahal dimulut ayah masih penuh. Lebih aneh lagi, kadang mereka nonton ayah makan sambil bilang-bilang: Om telurnya om, om sayur nya..ih..jadi ganggu selera kan?
Pernah juga susu ayah diaduk-aduk, udah gitu tumpah. Parahnya lagi, susunya kemasukan makanan dari mulut salah satu anak tadi. Walah, kalau anak sendiri sih ngga mengapa. Kalau anak orang -walau dia bersih- rasanya gimana gitu?! susunya kemasukan makanan yang dari mulut:(..untungnya bisa ayah buang, disaat ibunya ngga lihat..
3. Masalah bill
Nah hari ini dateng tagihan listrik sebesar AUD260. Oalah mak, mahal be'eng. Masak sih samapai segitu mahal, listriknya dipakai buat apa aja tuh?
Masalah disini adalah bagaimana membagi bill listrik tersebut secara adil. Kalau mau adil kan seharusnya bill tersebut tidak dibagi rata. Misalnya, ayah yang sendiri tentu bayarnya harus lebih murah dari yang berkeluarga dong. Mereka pasti pemakaian lsitriknya pasti lebih banyak seperti cuci baju, setrika, mandi dan masak. Tapi, ayah ngga yakin mereka bakal berfikir seperti itu. Ya, terpaksa ngalah lagi deh.
Terus juga masalah kebersihan. Karpet diruang tamu sekarang kotornya minta ampun. Tumpahan susu, makanan, air minum, buah dan lain-lain membuat karpetnya udah ngga jelas kebersihannya. Nah, siapa ya yang akan bertanggung jawab buat manggil professional carpet cleaner dan membayarnya? Kalau secara logika pasti yang punya anak ya...tapi apa ayah tega?
hah..ternyata banyak benar ya masalah diluar masalah kuliah, kangen dan bosan dengan kehidupan di St Lucia ini..cape deh..
Komentar