Jumat, 18 Mei 2007

Soe Hok Gie

Malam ini, setelah jenuh dengan kuliah dan tugas-tugasnya, ayah rehat sejenak.Pilihan ayah adalah nonton film. Habis, menghibur diri dengan internet rasanya sudah agak bosen, pingin sesuatu yang lain. Kebetulan pula, memang Ayah sudah lama pinjam vcd film Soe Hok Gie sama Om Sony tapi belum sempat ditonton.

Kebetulan rumah lagi sepi. Matiin lampu kamar, setel filmnya pakai laptop. Berpura-pura nonton di bioskop beneran aja. Dan, ternyata memang asyik juga tuh, walau nontonnya cuma sendirian.

Dari judul filmnya : Soe Hok Gie, sudah pasti ceritanya tentang dia. Bagaimana dia menyikapi keadaan jaman itu (sekitar tahun 1965 dan 1966). Walau tidak terlalu detail dari sisi cerita pada jaman itu, tapi sisi kehidupan Gie lumayan terungkap.

Tidak hanya sepak terjang dan sikapnya yang digambarkan, tapi juga sisi romantis seorang Gie. Bagaimana dia akhirnya lebih dekat kepada Shinta yang anak orang kaya dan lebih agresiv dibanding kepada Ira. Padahal, Ira lebih dulu dia kenal, hanya karena Ira tidak se-agresiv Shinta, Gie akhirnya memang lebih dekat dan seperti melupakan Ira.

Tapi diakhir-akhir cerita Ira akhirnya tahu, bahwa Gie sebenernya mencintai Ira, melalui sebuah surat yang dititipkan pada sahabatnya. Sayangnya, semua baru diketahui disaat Gie sudah tiada. Sedih dan tragis.

Permainan Nicholas Syaputra yang gemilang, mampu menghadirkan sosok Gie yang idealis,tegas tetapi juga remaja. Bagaimana dia memainkan emosi penonton dengan baik saat dia begitu canggung duduk berduaan dengan Shinta dan kejadiaan itu seperti ulangan kejadian saat di duduk berduaan dengan Ira. Dialog nya pun sama, cuma beda siapa yang bertanya. Saat berdua Shinta, pertanyaan ini ditanyakan Shinta kepada Gie. Sedangkan saat bersama Ira, pertanyaan ini ditanyakan Gie kepada Ira, "Apa yang kamu rasakan saat duduk berdekatan dengan ku?" Dan semua itu malah menimbulkan greget tersendiri buat penonton. Soalnya, pertanyaan tersebut sama-sama tak dijawab.

Banyak lagi deh bagian-bagian seru dari film ini. Kalau mau tambah asyik, baca juga tulisan-tulisan Gie yang berjudul Zaman Peralihan dengan pengantar Dr. Kuntowijoyo. Kalau sudah baca buku tersebut, nonton film ini lebih nyambung deh.

Ini ada cuplikan puisi romantis seorang Gie

kepada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekah
Kepada orang yang menghabiskan waktunya ...(lupa)
tapi aku ingin menghabiskan waktuku bersama mu sayang..

Tidak ada komentar: