Minggu, 15 Juli 2007

Arisan: Uang, Panci dan Keluarga

Ayo.. baca lagi nih tulisan ayah di kolom KoKi
http://community.kompas.com/index.php?fuseaction=home.detail&id=36611§ion=92

ini isi lengkapnya:

Arisan UangPanci dll
Ngomong-ngomong soal arisan, saya jadi inget dengan berbagai jenis arisan yang ada di Indonesia. Jauh sebelum arisan berantai marak, sebenernya arisan mempunyai tujuan yang lebih mulia dari sekedar memperoleh uang.

Saya teringat dengan ibu dan masa-masa saya kecil bila ingat arisan. Ya, keluarga besar kami sangat tertolong dengan adanya arisan. Arisan oleh ibu saya dijadikan sebagai salah satu andalan bila ada keperluan yang memerlukan pengeluaran dalam jumlah besar dan mengganggu cashflow keluarga.

Orang tua saya bukanlah pegawai kantoran yang mempunyai penghasilan tetap dan pada saat itu tidak mengenal mekanisme menabung uang di bank. Boro-boro untuk ditabung, wong untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah saja sudah Senin Kemis. Jadilah arisan ini sebagai salah satu bentuk simpanan bagi ibu. Dan dengan cerdasnya, ibu selalu berusaha untuk meyisihkan sebagian uang belanjanya untuk iuran arisan.

Saat-saat memasuki tahun ajaran baru adalah masa pengeluaran terbesar bagi orangtua kami. Dengan 8 anak, 5 diantaranya usia sekolah bisa dibayangkan betapa beratnya orang tua kami memikirkan biaya sekolah saat itu (hiks, jadi terharu betapa kami belum mampu membalas pengorbananmu). Walau mungkin tidak semahal saat ini, tetap saja beban biaya sekolah 5 anak mungkin jadi amat berat bagi mereka.

Untunglah arisan memecahkan sebagian masalah keuangan keluarga. Biasanya ibu selalu berusaha mendapatkan jatah arisannya menjelang tahun ajaran baru dengan alasan untuk biaya sekolah kami. Walau masih kurang banyak, paling tidak sebagian biaya bisa dibayarkan dahulu, sisanya dicicil. Dan itu berlangsung sampai saya dan kakak-kakak saya satu persatu selesai sekolah. Pada saat kuliah, bersyukur keuangan keluarga kami berubah karena sebagian kakak sudah mampu membantu keuangan keluarga. Namun, kebiasaan ibu untuk ikut arisan tidak berubah.

Kali ini, untuk alasan investasi. Ibu beralasan, tidak bisa menyimpan uang di rumah. Walau kami sudah menyarankan untuk membuka tabungan, ibu bersikukuh bahwa membuka tabungan di bank ribet dan tidak mau menerima bunga bank (alasan agama).

Sekarang, entah mengapa kami –anak-anak ibu- juga jadi suka sama arisan. Tapi kali ini dalam bentuk yang lain. Namanya arisan keluarga. Sesuai dengan namanya, arisan ini bertujuan untuk kumpul-kumpul sesama keluarga. Karena kesibukan dan berbagai hal, kesempatan untuk bertemu dengan kakak yang sudah mempunyai keluarga masing-masing menjadi semakin sulit.

Arisan keluarga ini menjadi salah satu solusinya. Setiap bulan, kita sempatkan waktu untuk berkumpul di rumah salah satu saudara. Walau ada juga uangnya, tapi lebih sekedar untuk mengikat keikutsertaan dan menambah uang konsumsi. Wah, kalau ngga ada arisan keluarga ini, mungkin ketemunya cuma pas lebaran aja kali ya.

Anak-anak juga senang dan lebih dekat dengan paman, tante dan semua sepupu mereka, karena secara rutin mereka bertemu. Pokoknya manfaat arisan ini terasa sekali buat keluarga kami.

Ada juga satu bentuk arisan yang kami tahu dari kakak saya yang tinggal di daerah selatan Jakarta. Disana ada yang namanya arisan kawinan. Wah apa lagi nih? Ternyata, para keluarga yang mempunyai anak-anak yang sudah menginjak dewasa membuat suatu bentuk arisan untuk melaksanakan perkawinan anaknya.

Mekanismenya sederhana. Bila salah satu anggota ada yang menikahkan anaknya, maka anggota yang lain akan menyumbang sejumlah uang sebagai biaya perkawinan. Uang tersebut dicatat untuk kemudian akan dikembalikan sejumlah uang yang sama pada saat sang penyumbang mempunyai acara juga. Pokoknya seperti bantu membantu jadinya. Bagus juga, paling tidak membantu meringankan biaya resepsi perkawinan yang memang tidak murah.

Istri saya juga pernah ditawari ikut arisan, namanya arisan panci. Halah, apalagi ini? Ternyata saat arisan dikocok, yang didapat bukan uang tapi dalam bentuk alat dapur, seperti panci misalnya. Tentu bukan panci sembarangan kali ya, paling tidak harganya yang ratusan ribu rupiah (atau mungkin terbuat dari emas?.. he..he..). Walau istri sempat saya larang, dia tetap bersikukuh, “ lumayan lho, dengan uang yang ngga seberapa bisa dapet panci bagus.” Lagian sekali-kali kumpul sama teman-teman lama kan asyik juga, begitu alasan lainnya. Akhirnya? Terserah deh..

Jadi, kalau arisan yang seperti ini legal ngga ya? Paling tambah bonus gossip dan biaya sosial yang membengkak aja kalee. Soalnya, saat kumpul-kumpul para ibu kadang pingin tampil paling gaya dan paling keren, walau dapetnya cuma panci doang.. he..he.. maaf ya bagi yang tidak berkenan..

Tidak ada komentar: