Senin, 10 September 2007

Luar Negeri

walau bisa lesehan nyaman ditrotoar, tetep aja ngga senyaman di Jogja
Kalau ingin menjalani hidup yang berkualitas, nyaman dan sejahtera tinggallah di Norwegia, Islandia dan Australia. (http://www.kompas.com/ver1/Hiburan/0709/07/105712.htm).

Hmm.. kalimat yang sangat indah dan menggoda, apalagi ada nama Australia, negara tempat sementara saya mesti tinggal untuk berjuang (baca: sekolah mencari ilmu). Mengapa saya bilang sementara? Apa karena memang saya tidak mungkin tinggal selamanya disini? Kalau bicara kemungkinan, ya mungkin saja… tapi kalau bisa, saya ingin segera kembali ke Indonesia. Segera!

Berbicara tentang luar negeri, memang akan terasa lain. Apalagi bagi yang belum pernah merasakannya. Tapi, bagi saya pribadi, tinggal di luar negeri tidak semanis yang pernah saya bayangkan.

Benar disini semua serba rapi dan sudah ada aturannya. Apapun sudah direncanakan sematang mungkin dan segalanya dimaksudkan untuk memudahkan warganya. Dari sisi itu memang betul, tapi ternyata ada sisi lain yang tidak saya dapatkan disini. Karena semuanya sudah teratur dan begitu adanya, menurut saya malah menjadi membosankan. Dan kadang malah bikin repot. Lho?

Contohnya, bus yang berjadwal ternyata sangat merepotkan, karena kita tidak bisa berangkat kapan saja. Tidak seperti di Jakarta yang menyediakan angkutan umum 24 jam dan bisa didapat setiap waktu. Di sini, kalau terlambat, ya harus nunggu bis berikutnya sekitar 15 – 30 menit. Malah, kalau hari libur jadwal bis adalah setiap satu jam.. duh betenya kalau terlambat lima menit saja dari bus sebelumnya.

Belum lagi bicara soal belanja. Disini toko kebanyakan tutup jam 5 sore. Supermarket agak lebih lama, jam 7 malam. Tapi kalau hari Minggu malah tutup lebih awal. Beda banget sama di Indonesia, yang tokonya bisa buka 24 jam kalau lagi hari libur. Mau belanja sayur yang murah, bisa sih ke pasar tradisional, tapi adanya cuma seminggu sekali. Padahal, kalau di Indonesia bisa beli sayuran tiap pagi untuk dimasak hari yang bersangkutan.

Ngga punya makanan di rumah dan kebetulan laper? Jangan berharap tukang bakso, tukang mie tek-tek atau tukan nasi goreng lewat tengah malam mengobati rasa lapar yang menyergap saat asyik nonton TV. Kalau laper tengah malam, yang ada ya roti, keju, sosis (ga banget deh!).. atau kalau mau yang hangat ya mie instant. Mau beli makanan di luar (restoran), selain pertimbangan selera juga harga. Duh, pokoknya mesti mikir kalau mau makan di luar..

Belum lagi soal bahasa. Emang sih, kalau di sini ya mesti ngomong Inggris. Tapi dasar saya ndeso, tiap ngomong inggris kok rasanya cape lahir batin ya.. he..he.. Aduh susahnya nonton film tanpa teks Indonesia. Acara TV nya kalah seru dengan acara TV di Indonesia. Walau katanya acara TV di Indonesia kurang bermutu, tapi semuanya seru dan mengundang minat untuk ditonton.

Ah, mungkin anda berfikir.. saya tidak bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan luar negeri. Bukan begitu,.. walau pun saya bisa menyesuaikan diri dengan ritme hidup disini,.. tapi kemudahan dan kenyamanan dalam bentuk lain yang bisa kita dapatkan di Indonesia ternyata jauh lebih memudahkan kehidupan kita.

So, nyaman dan tentram tinggal di luar negeri? Ngga juga tuh..

dimuat di KOKI edisi 10 September 2007
http://community.kompas.com/index.php?fuseaction=home.detail&id=43229§ion=92

Tidak ada komentar: