Selasa, 23 Oktober 2007

Do'a yang terjawab



Sebagai seorang yang percaya akan adanya Tuhan, rasanya tak pernah dalam satu hari tak terucap do’a dari mulut kita untuk kebaikan dan harapan, entah untuk diri sendiri, teman, saudara atau orang-orang yang kita kenal dan kita cintai.

Seringkali harapan yang terkandung dalam do’a yang kita ucapkan, kita anggap adalah yang terbaik dan merasa kecewa bila tak terjawab. Kita jarang menyadari bahwa Tuhan akan menjawab do’a kita dengan cara yang kita tak duga. Bisa saja Dia mengganti permohonan kita dengan yang lebih baik atau menunda mengabulkannya sampai tiba saat yang tepat.

Ketika sepeda motor tua saya hilang kecurian, bukan main kecewanya saya. Saya merasa Tuhan kok tega mengambil milik saya yang sangat berharga, karena sepeda motor itu menjadi alat transportasi andalan untuk hampir seluruh aktivitas saya: kerja, hanging out, kuliah dan termasuk jalan-jalan dengan pujaan hati.

Parahnya, saya tak memiliki asuransi sepeda motor, mau beli penggantinya, uang ditabungan tak mencukupi. Tapi, ketika saya ungkapkan permasalahan saya kepada Ibu, dengan segenap keikhlasannya, ia merelakan uang tabungannya untuk menggenapi uang saya untuk mendapatkan sepeda motor baru. Tentu saja sepeda motor ini lebih keren dan dengan model yang masih gress. Saya berkesimpulan, memang sudah seharusnya mengganti sepeda motor saya itu dengan yang baru. Tuhan menggantinya dengan cara yang unik, mengambil sepeda motor yang lama dan mempermudah saya untuk mendapatkan sepeda motor yang baru.

Ketika ibu masih hidup, keinginan saya untuk melanjutkan seolah ke luar negeri hampir tak pernah terwujud. Nilai bahasa inggris saya tak pernah mencukupi untuk bisa mendaftar program beasiswa, walau sudah belajar jungkir balik sekalipun. Entah mengapa, ketika masih dalam suasana duka akibat kehilangan ibu, justru nilai bahasa inggris saya mencukupi untuk mendaftar beasiswa dan sayapun mendapatkan kesempatan itu.

Saya merenung, seandainya saya mendapatkannya disaat beliau masih ada, tentu dia akan sangat bangga kepada saya. Tetapi setelah saya renungi lebih jauh, seandainya saya mendapatkan kesempatan ini disaat beliau masih ada, justru akan menjadi sulit untuk saya. Rasanya akan berat meninggalkan beliau yang sudah tua hidup sendirian di tanah air dan konsentrasi saya akan terpecah antara sekolah dan orang tua. Ah, rupanya Tuhan menunda mengabulkan keinginan saya sampai saat yang tepat.

Itu hanyalah dua contoh kecil dari cara Tuhan menjawab do’a- do’a kita. Tentu banyak do’a kita yang terjawab tanpa kita sadari. Sahabat Koki dan Koko, secara tak sengaja saya menemukan catatan kecil tentang do’a dalam file komputer saya (sayang saya lupa mengutip sumbernya). Tetapi, rasaya cocok banget dengan apa yang saya alami.

Ketika kuminta pada Allah kekuatan, Dia memberiku kesulitan agar aku menjadi kuat.
Ketika kuminta pada Allah kesejahteraan, Dia memberiku akal untuk berfikir.
Ketika kuminta pada Allah kebijaksanaan, Dia memberiku masalah untuk kuatasi.
Ketika kuminta pada Allah sebuah cinta, Dia memberiku orang-orang bermasalah untuk kutolong.
Dia tidak pernah memberiku apa yang kuminta, tapi dia memberi apa yang aku butuhkan.
doaku terjawab sudah.




Dimuat di Koki edisi 22 Oktober 2007
http://www.kompascommunity.com/index.php?fuseaction=home.detail&id=47838§ion=92

Tidak ada komentar: