Iseng-iseng coba bikin cerita yang menyentuh.. ternyata ngga gampang ya ngarang itu.. so, itulah sebabnya cerpen yang ayah buat ngga pernah dimuat sama majalah.. he..he.. ini contoh cerita yang ayah buat. udah dengan segala upaya.. kok kaya'nya tetap garing, ngga ada alur cerita dan maksud ceritanya ngga jelas.. silahkan nilai sendiri deh!! nentuin judulnya aja bingung...
Aku duduk sendiri disini, merenungi semua yang telah terjadi. Ya semua yang terjadi antara aku dan dirinya. Dia, sosok yang begitu kupuja dan kucintai sepenuh hati. Yang mampu menimbulkan getar rindu bila tak bertemu, yang membuat malam-malamku terasa panjang dalam penantian dan yang selalu membuat hatiku basah dengan airmata kerinduan.
Kupandangi gambarnya lekat-lekat. Tuhan, kau begitu sempurna menciptakan dia. Senyumnya mampu menghapus semua gundahku, matanya yang tajam, bening dan bertahtakan segaris alis mata tebal menghujam lubuk hatiku, suaranya, rambutnya.. semuanya tuhan.. dia begitu sempurna menurutku.
Tapi semua hanya merupakan kepedihan untukku. Mengenangnya hanya menambah derita dihatiku. Ya,… kenangan akan dia adalah kenangan terindah untukku, namun juga suatu kepiluan yang menyayat kalbu.
***
Aku mengenalnya sebagai sosok yang sederhana, sopan dan apa adanya. Gaya dan cara dia berpenampilan pun apa adanya. Semua begitu biasa. Kita saling menyapa, berbincang dan melakukan banyak hal dalam rasa yang biasa.
"Mas, kamu dimana?". sebuah pesan pendek masuk kedalam inbox handphoneku. Segera kutelpon dia,"hari ini aku ngga masuk, dosennya bilang hari ini ngga ada kuliah,". Itulah awal pertama kedekatanku dengannya.
ya begitulah, setiap hari dimana jadwal kuliah kami kebetulan berbarengan, dia selalu menunggu aku untuk pulang bersama. atau kadang aku yang menunggunya kalau kebetulan aku yang selesai kuliah lebih dulu. begitu terus, sampai ada sesuatu yang hilang bila setiap hari kita tak bertemu.
kadang dia menawariku untuk mampir dan makan malam dirumahnya, karena dia tahu, aku ngga bisa masak dan kadang malas untuk makan diluar. "Mas, mampir ya,..hari ini aku masak agak banyak." atau dilain waktu, dia menawari aku makanan khusus,"mas, kapan ikan bakarnya mau dimasak? sekarang? dateng ya!." ah, baik sekali dia, selalu memberikan perhatian pada apa yang aku suka.
Sampai suatu saat, kurasakan ada perasaan lain dihatiku. Hatiku begitu rindu melihat wajahnya, mendengar suaranya dan berada disisinya. Tuhan, apa yang terjadi dengan diri ini? Mengapa hati ini begitu gelisah bila tak bertemu dengannya.. sungguh, aku amat bingung dan menderita dengan apa yang aku rasakan.
Cinta? Mungkihkan ini rasa cinta yang timbul dihati? Ah.. kucoba menepis semua dugaan itu. Tapi, semakin kuingkari, semakin dalam rasa ini, semakin menyayat hati untuk diabaikan. Ya tuhan, haruskan kuakui aku jatuh cinta padanya?
sayangnya, aku tak pernah tahu walau dari sikapnya apakah dia juga merasa seperti apa yang aku rasakan. memang dia baik, perhatian dan selalu terlihat ceria tiap kita bertemu. menanyakannya langsung aku ngga berani, sungguh aku memang pengecut. bukan apa-apa, dari abrolan yang kami lakukan dia seperti bisa membaca hatiku.
"mas, cinta itu seperti benih. kalau kebetulan dia tumbuh di tempat yang subur dan dirawat dengan baik, dia akan tumbuh cepat besar dan indah. tapi kalau tumbuh ditempat yang kering dan gersang, dia akan kerdil dan buruk," begitu filosofinya tentang cinta. aku hanya tersenyum, malu karena merasa dia sedang menelanjangi hatiku.
"tapi juga, kalau cinta itu jatuh ditempat yang salah, sebaiknya cepet-cepet dibunuh deh.. jangan dipelihara..gawat," begitu candanya. bodohnya aku tak dapat mengartikan sinyal itu. sebuah petunjuk bahwa cinta yang tumbuh dihatiku harus kubunuh. sungguh, hatiku benar-benar tertutup dan terbutakan oleh rasa cinta yang membuai.
***
aku terus memendam rasa itu sendirian. rasanya indah, tapi menyakitkan sekali. cinta sendiri, tanpa tahu apakah dia merasakan seperti apa yang aku rasakan. sampai pada suatu sore... ya sore itu langit begitu kelam, awan pekat menggantung seolah ingin menumpahkan jutaan liter air yang dikandungnya.
kita berjalan cepat berusaha sampai dirumah sebelum hujan benar-benar turun. sayang, baru beberapa langkah dari kampus, hujan lebih dulu turun dengan lebatnya. kami berlari mencari tempat berlindung. ah, akhirnya kami berlindung disalah satu gedung kampus.
sore yang makin gelap dan hujan, entah mengapa mempengaruhi suasana hatiku saat itu. apalagai ada dia disampingku. kutatap wajahnya dari samping. tuhan, indah sekali semua yang ada pada dia.. hidungnya, matanya.. ah rasanya semua itu ingin kumiliki.
dan kebodohan apa yang aku lakukan. otakku serasa tak mampu berfikir sehat. hatiku terus memaksaku untuk mengungkapkan perasaan ku saat itu juga. katakalah apa yang engkau rasakan...
akupun mengungkapkan semuanya.. tentang cintaku, riduku,mimpiku, harapan-harapanku dan kekagumanku padanya. semuanya rasanya tak ada yang terlewat. tapi dia hanya diam menunduk dan menyimak semua ungkapan hatiku. ah, sikapnya membuatku makin gemas dan tak mengerti. kami hanya terdiam membisu, lama sekali. aku terasa dalam penantian seribu tahun, berlayar dalam lautan tak bertepi.
sampai dia mengucapkan suatu kata" ngga mas, ini ngga mungkin. aku ngga bisa menghianati kekasihku yang setia menunggu disana. kita tak mungkin menjalani hubungan ini." bagai petir yang menemani hujan, kurasakan kalimat itu menyambar hatiku. kekasih? kamu sudah punya kekasih? mengapa kamu tak pernah cerita padaku tentang dia? oh.. hancur rasanya hatiku saat itu. sungguh aku tak siap menerima kenyataan ini. kupandangi wajahnya yang lembut.. dan rasanya ada butir-butir bening dimataku yang mendesak ingin keluar..
Langit semakin kelam, menyelimuti hatiku yang rawan denga kedukaan. hujan hanya menyisakan berjuta kepedihan yang sangat dalam, mennghujam bagai air mendidih yang menyiram pori-pori kulitku.
*****
aku tak boleh menangis, tidak, aku tak boleh jatuh dalam perasaan ini. Aku harus menghapus semua rasa ini. Aku tak mau perasaan ini menguasai hatiku dan mengganggu hari-hariku. Aku harus berlalu dan berlari sejauh mungkin,.. menghindar dan mengabaikan semuanya.
Akan kubiarkan hatiku berdarah karena luka cinta, kubiarkan airmataku kering karena tangis cinta tapi aku tak mau tenggelam dalam bayang semu dan rasa yang saat ini kurasakan. walau hatiku bertanya, salahkah aku mencintainya? apakah jatuh cinta sebuah dosa? mengapa kita tak pernah tahu kapan cinta yang akan tertolak itu datang supaya kita bisa mencegahnya lebih dulu? ah..
Pedih sekali memiliki rasa cinta seperti ini, indah tapi tapi dalam bayangan sendiri. Apa lagi yang lebih pedih dari menyadari kenyataan bahwa “dia bukan untukku” dan “ ternyata aku salah mengartikan kehadirannya?”. namun kenangan akan indahya mencintaimu, akan selalu jadi bagian hidupku dan akan kubawa dalam hari-hari sepiku.
Brisbane, Oktober 2007
Aku duduk sendiri disini, merenungi semua yang telah terjadi. Ya semua yang terjadi antara aku dan dirinya. Dia, sosok yang begitu kupuja dan kucintai sepenuh hati. Yang mampu menimbulkan getar rindu bila tak bertemu, yang membuat malam-malamku terasa panjang dalam penantian dan yang selalu membuat hatiku basah dengan airmata kerinduan.
Kupandangi gambarnya lekat-lekat. Tuhan, kau begitu sempurna menciptakan dia. Senyumnya mampu menghapus semua gundahku, matanya yang tajam, bening dan bertahtakan segaris alis mata tebal menghujam lubuk hatiku, suaranya, rambutnya.. semuanya tuhan.. dia begitu sempurna menurutku.
Tapi semua hanya merupakan kepedihan untukku. Mengenangnya hanya menambah derita dihatiku. Ya,… kenangan akan dia adalah kenangan terindah untukku, namun juga suatu kepiluan yang menyayat kalbu.
***
Aku mengenalnya sebagai sosok yang sederhana, sopan dan apa adanya. Gaya dan cara dia berpenampilan pun apa adanya. Semua begitu biasa. Kita saling menyapa, berbincang dan melakukan banyak hal dalam rasa yang biasa.
"Mas, kamu dimana?". sebuah pesan pendek masuk kedalam inbox handphoneku. Segera kutelpon dia,"hari ini aku ngga masuk, dosennya bilang hari ini ngga ada kuliah,". Itulah awal pertama kedekatanku dengannya.
ya begitulah, setiap hari dimana jadwal kuliah kami kebetulan berbarengan, dia selalu menunggu aku untuk pulang bersama. atau kadang aku yang menunggunya kalau kebetulan aku yang selesai kuliah lebih dulu. begitu terus, sampai ada sesuatu yang hilang bila setiap hari kita tak bertemu.
kadang dia menawariku untuk mampir dan makan malam dirumahnya, karena dia tahu, aku ngga bisa masak dan kadang malas untuk makan diluar. "Mas, mampir ya,..hari ini aku masak agak banyak." atau dilain waktu, dia menawari aku makanan khusus,"mas, kapan ikan bakarnya mau dimasak? sekarang? dateng ya!." ah, baik sekali dia, selalu memberikan perhatian pada apa yang aku suka.
Sampai suatu saat, kurasakan ada perasaan lain dihatiku. Hatiku begitu rindu melihat wajahnya, mendengar suaranya dan berada disisinya. Tuhan, apa yang terjadi dengan diri ini? Mengapa hati ini begitu gelisah bila tak bertemu dengannya.. sungguh, aku amat bingung dan menderita dengan apa yang aku rasakan.
Cinta? Mungkihkan ini rasa cinta yang timbul dihati? Ah.. kucoba menepis semua dugaan itu. Tapi, semakin kuingkari, semakin dalam rasa ini, semakin menyayat hati untuk diabaikan. Ya tuhan, haruskan kuakui aku jatuh cinta padanya?
sayangnya, aku tak pernah tahu walau dari sikapnya apakah dia juga merasa seperti apa yang aku rasakan. memang dia baik, perhatian dan selalu terlihat ceria tiap kita bertemu. menanyakannya langsung aku ngga berani, sungguh aku memang pengecut. bukan apa-apa, dari abrolan yang kami lakukan dia seperti bisa membaca hatiku.
"mas, cinta itu seperti benih. kalau kebetulan dia tumbuh di tempat yang subur dan dirawat dengan baik, dia akan tumbuh cepat besar dan indah. tapi kalau tumbuh ditempat yang kering dan gersang, dia akan kerdil dan buruk," begitu filosofinya tentang cinta. aku hanya tersenyum, malu karena merasa dia sedang menelanjangi hatiku.
"tapi juga, kalau cinta itu jatuh ditempat yang salah, sebaiknya cepet-cepet dibunuh deh.. jangan dipelihara..gawat," begitu candanya. bodohnya aku tak dapat mengartikan sinyal itu. sebuah petunjuk bahwa cinta yang tumbuh dihatiku harus kubunuh. sungguh, hatiku benar-benar tertutup dan terbutakan oleh rasa cinta yang membuai.
***
aku terus memendam rasa itu sendirian. rasanya indah, tapi menyakitkan sekali. cinta sendiri, tanpa tahu apakah dia merasakan seperti apa yang aku rasakan. sampai pada suatu sore... ya sore itu langit begitu kelam, awan pekat menggantung seolah ingin menumpahkan jutaan liter air yang dikandungnya.
kita berjalan cepat berusaha sampai dirumah sebelum hujan benar-benar turun. sayang, baru beberapa langkah dari kampus, hujan lebih dulu turun dengan lebatnya. kami berlari mencari tempat berlindung. ah, akhirnya kami berlindung disalah satu gedung kampus.
sore yang makin gelap dan hujan, entah mengapa mempengaruhi suasana hatiku saat itu. apalagai ada dia disampingku. kutatap wajahnya dari samping. tuhan, indah sekali semua yang ada pada dia.. hidungnya, matanya.. ah rasanya semua itu ingin kumiliki.
dan kebodohan apa yang aku lakukan. otakku serasa tak mampu berfikir sehat. hatiku terus memaksaku untuk mengungkapkan perasaan ku saat itu juga. katakalah apa yang engkau rasakan...
akupun mengungkapkan semuanya.. tentang cintaku, riduku,mimpiku, harapan-harapanku dan kekagumanku padanya. semuanya rasanya tak ada yang terlewat. tapi dia hanya diam menunduk dan menyimak semua ungkapan hatiku. ah, sikapnya membuatku makin gemas dan tak mengerti. kami hanya terdiam membisu, lama sekali. aku terasa dalam penantian seribu tahun, berlayar dalam lautan tak bertepi.
sampai dia mengucapkan suatu kata" ngga mas, ini ngga mungkin. aku ngga bisa menghianati kekasihku yang setia menunggu disana. kita tak mungkin menjalani hubungan ini." bagai petir yang menemani hujan, kurasakan kalimat itu menyambar hatiku. kekasih? kamu sudah punya kekasih? mengapa kamu tak pernah cerita padaku tentang dia? oh.. hancur rasanya hatiku saat itu. sungguh aku tak siap menerima kenyataan ini. kupandangi wajahnya yang lembut.. dan rasanya ada butir-butir bening dimataku yang mendesak ingin keluar..
Langit semakin kelam, menyelimuti hatiku yang rawan denga kedukaan. hujan hanya menyisakan berjuta kepedihan yang sangat dalam, mennghujam bagai air mendidih yang menyiram pori-pori kulitku.
*****
aku tak boleh menangis, tidak, aku tak boleh jatuh dalam perasaan ini. Aku harus menghapus semua rasa ini. Aku tak mau perasaan ini menguasai hatiku dan mengganggu hari-hariku. Aku harus berlalu dan berlari sejauh mungkin,.. menghindar dan mengabaikan semuanya.
Akan kubiarkan hatiku berdarah karena luka cinta, kubiarkan airmataku kering karena tangis cinta tapi aku tak mau tenggelam dalam bayang semu dan rasa yang saat ini kurasakan. walau hatiku bertanya, salahkah aku mencintainya? apakah jatuh cinta sebuah dosa? mengapa kita tak pernah tahu kapan cinta yang akan tertolak itu datang supaya kita bisa mencegahnya lebih dulu? ah..
Pedih sekali memiliki rasa cinta seperti ini, indah tapi tapi dalam bayangan sendiri. Apa lagi yang lebih pedih dari menyadari kenyataan bahwa “dia bukan untukku” dan “ ternyata aku salah mengartikan kehadirannya?”. namun kenangan akan indahya mencintaimu, akan selalu jadi bagian hidupku dan akan kubawa dalam hari-hari sepiku.
Brisbane, Oktober 2007
Komentar