15 September 2011
Menghadiri pernikahan Mohammad Azian Fahsy, keponakan (anak abang yang nomor 6), di Boyolali. Bagi saya merupakan pengalaman baru, tidak hanya soal pengalaman rohani juga pengalaman phisik.
Secara rohani, bagi saya baru kali itu menyaksikan pernikahan adat jawa di desa. Sungguh-sungguh sederhana dan bersahaja. Dengan suasana pedesaan, mereka berusaha mengikuti adat leluhur untuk diikuti dan dilaksanakan mempelai. Tidak ada kurang suatu apapun, semua adat dilaksanakan.
Penyambutan mereka yang tulus terhadap calon besan dari Jakarta, juga memberikan sentuhan rohani tersendiri buat saya. Betapa mereka tanpa pamrih dan tulus menyambut kehadiran kami. Hidangan sederhana yang mereka sajikan terasa istimewa, mungkin karena dimasak dan disajikan oleh hati yang tulus dan tanpa pamrih.
Bagi saya, penyambutan, upacara perkawinan dan suasana orang-orang kondangan yang memberikan hasil kebun mereka sebagai "angpaw" bagi si penyelenggara hajatan sungguh memberi gambaran baru tentang cara perkawinan di daerah lain. Sajian makanan, dan penyajian menu makan siang yang amat sederhana, ternyata tak mengurangi makna acara pesta pernikahan itu sendiri.
Sungguh, saya terkesan dengan suasana perkawinan yang sederhana namun bersahaja.
Sedangkan pengalaman phisik bagi saya adalah.. wah ternyata berpergian jauh dengan bis itu sangat melelahkan ya. terbayang, teman-teman yang mesti mudik pada saat lebaran. Saya, yang tidak menemui kemacetan berarti saja meresa bete selam perjalanan. Bagaimana dengan teman-teman yang menhadapi suasana macet saat lebaran ya? huh..
ternyata, pengalaman dan perjalanan kali ini memberikan pelajaran bahwa saya harus selalu bersyukur dan ternyata Allah memberikan kebahagian yang tak pernah terputus sepanjang hidup saya..
Dan buat Ian dan Ayya, semoga mereka mampu mengarungi bahtera kehidupan dalam kebersamaan sebagai sepasang suami dan istri.. aminn
Menghadiri pernikahan Mohammad Azian Fahsy, keponakan (anak abang yang nomor 6), di Boyolali. Bagi saya merupakan pengalaman baru, tidak hanya soal pengalaman rohani juga pengalaman phisik.
Secara rohani, bagi saya baru kali itu menyaksikan pernikahan adat jawa di desa. Sungguh-sungguh sederhana dan bersahaja. Dengan suasana pedesaan, mereka berusaha mengikuti adat leluhur untuk diikuti dan dilaksanakan mempelai. Tidak ada kurang suatu apapun, semua adat dilaksanakan.
Penyambutan mereka yang tulus terhadap calon besan dari Jakarta, juga memberikan sentuhan rohani tersendiri buat saya. Betapa mereka tanpa pamrih dan tulus menyambut kehadiran kami. Hidangan sederhana yang mereka sajikan terasa istimewa, mungkin karena dimasak dan disajikan oleh hati yang tulus dan tanpa pamrih.
Bagi saya, penyambutan, upacara perkawinan dan suasana orang-orang kondangan yang memberikan hasil kebun mereka sebagai "angpaw" bagi si penyelenggara hajatan sungguh memberi gambaran baru tentang cara perkawinan di daerah lain. Sajian makanan, dan penyajian menu makan siang yang amat sederhana, ternyata tak mengurangi makna acara pesta pernikahan itu sendiri.
Sungguh, saya terkesan dengan suasana perkawinan yang sederhana namun bersahaja.
Sedangkan pengalaman phisik bagi saya adalah.. wah ternyata berpergian jauh dengan bis itu sangat melelahkan ya. terbayang, teman-teman yang mesti mudik pada saat lebaran. Saya, yang tidak menemui kemacetan berarti saja meresa bete selam perjalanan. Bagaimana dengan teman-teman yang menhadapi suasana macet saat lebaran ya? huh..
ternyata, pengalaman dan perjalanan kali ini memberikan pelajaran bahwa saya harus selalu bersyukur dan ternyata Allah memberikan kebahagian yang tak pernah terputus sepanjang hidup saya..
Dan buat Ian dan Ayya, semoga mereka mampu mengarungi bahtera kehidupan dalam kebersamaan sebagai sepasang suami dan istri.. aminn
Komentar