Sayang banget, pas ada kesempatan berkunjung ke Philippine bulan Januari lalu saya ngga punya kesempatan untuk mengeksplor Manila. Yup, soalnya tempat tugas saya adanya di Clark Park Free Zone, daerah Pampanga. Sekitar 2 jam perjalanan dari Manila.
Tiba di bandara Ninoy Aquino jam 11 malam karena pesawat SQ yang saya tumpangi terlambat terbang dan antri di landasan Soetta untuk menuju Singapura. Alhasil, saya cuma bisa menikmati suasana Manila di waktu malam yang sudah mulai sunyi dan tidak dapat merasakan kesibukan atmosfir Manila.
Dan, ternyata tempat tugas saya sepi coyy.. jauh dari mana-mana dan kemana-mana. Untuk mencapai mall terdekat aja mesti sekitar 20 menit perjalanan lancar. Dan sepertinya agak susah untuk menemukan angkutan umum karena hotelnya berada bukan di sekitar daerah pemukiman penduduk.
Untungnya pas kembali ke Jakarta, pagi hari. Jadi masih bisa menikmati suasana di siang hari. Dan ternyata Manila tidak berbeda jauh dengan Jakarta. Sama-sama macet, agak semrawut dan orang-orang yang cenderung mirip dengan karakteristik penduduk Jakarta: cuek dengan peraturan.
Oh iya. Mengenai Pinoy.. ya ampun mirip banget dengan orang Indonesia. Paling yang membedakan pada saat mereka ngomong aja baru kelihatan bahwa mereka orang Philippine. Saya beberapa kali di ajak ngomong Tagalog sama Pinoy dan saya berkali-kali mesti bilang "English please.." dan mereka cuma senyum sambil bilang "oh.. foreigner."
Terus, Bandar Ninoy juga masih kalah keren dengan beberapa bandara di tanah air. Walaupun Soetta kelihat old fashioned namun ternyata masih kelihatan lebih modern dan lebih megah. Bandara Ninoy seperti bandara Polio Medan, kecil..
Itu sekilas kesan saya tentang Philippine..
Ilustrasi Gedung Perkantoran |
Tiba di bandara Ninoy Aquino jam 11 malam karena pesawat SQ yang saya tumpangi terlambat terbang dan antri di landasan Soetta untuk menuju Singapura. Alhasil, saya cuma bisa menikmati suasana Manila di waktu malam yang sudah mulai sunyi dan tidak dapat merasakan kesibukan atmosfir Manila.
Dan, ternyata tempat tugas saya sepi coyy.. jauh dari mana-mana dan kemana-mana. Untuk mencapai mall terdekat aja mesti sekitar 20 menit perjalanan lancar. Dan sepertinya agak susah untuk menemukan angkutan umum karena hotelnya berada bukan di sekitar daerah pemukiman penduduk.
Untungnya pas kembali ke Jakarta, pagi hari. Jadi masih bisa menikmati suasana di siang hari. Dan ternyata Manila tidak berbeda jauh dengan Jakarta. Sama-sama macet, agak semrawut dan orang-orang yang cenderung mirip dengan karakteristik penduduk Jakarta: cuek dengan peraturan.
Oh iya. Mengenai Pinoy.. ya ampun mirip banget dengan orang Indonesia. Paling yang membedakan pada saat mereka ngomong aja baru kelihatan bahwa mereka orang Philippine. Saya beberapa kali di ajak ngomong Tagalog sama Pinoy dan saya berkali-kali mesti bilang "English please.." dan mereka cuma senyum sambil bilang "oh.. foreigner."
Terus, Bandar Ninoy juga masih kalah keren dengan beberapa bandara di tanah air. Walaupun Soetta kelihat old fashioned namun ternyata masih kelihatan lebih modern dan lebih megah. Bandara Ninoy seperti bandara Polio Medan, kecil..
Itu sekilas kesan saya tentang Philippine..
Komentar