Dieng, Wonosobo : 1 - 3 Agustus 2025

Asyik ngga? asyik ngga? Asyik dooong

Seru ngga? seru ngga? Seru doooong

Cape ngga? Cape ngga? cape tapi nagih

Gitu deh jawaban kalo ditanya taveling Dieng kali ini. Asyik karena beneran banyak pengalaman dan hal baru yang dialami, beda kalo traveling ngga pake tour guide. Seru, karena meskipun kehilangan 3 members yang membatalkan diri ikutan karena satu dan lain hal, kita tetap seru-seruan. Mulai dari seru di perjalanan, seru di spot wisata sama seru sesama members sendiri.. wkwkwk. 

Cape? banget karena program untuk dua hari, kita lakukan di satu hari, dari hari gelap (sebelum matahari terbit) sampai matahari  tenggelam (malam). Syukurnya, walau ga muda lagi, stamina dan semangatnya ga kalah sama yang muda-muda. Bahkan tour guide nya yang masih kinyis-kinyis pun semangat mengarahkan dan minta ini itu. Yup, karena kami ngga pernah menolak untuk diarahkan dan diminta ber-action di depan kamera. Hasilnya? Bagusss dong, karena kalo ngga malu-malu justru hasilnya maksimal. T.O.P deh..

1 Agustus 2025

Pagi hari, dihari keberangkatan dibuka dengan info bahwa 2 dari 6 members yang konfirm ikut, malah mengundurkan diri karena satu dan lain hal. Sementara 1 member emang udah kasih tahu sebelumnya. Sempet khawatir keseruan berkurang, tapi ternyata, 4 members tersisa pun ngga berkurang gelo-nya. So, perkiraan bakal krik-krik selama 3 hari, tidak terbukti. tetap seru... show must go on cenah.

Stasiun Purwokerto

Meskipun 3 members batal ikut, tiket KA tetap kita issued. Makanya kita dapet free kursi yang bikin perjalanan jadi nyaman. Pasangan mesra (initial KA dan TL) pastinya di satu kursi berderet. Sementara saya dan bu Ketua, masing-masing dapat free satu kursi. Legaa.. Perjalanan 5 jam ke Purwokerto tidak terlalu terasa, karena masing-masing punya aktivitas, rapat, ngerajut sampai review surat-surat kantor.

Pukul 11.55 WIB, tiba di St. Purwokerto dan langsung dijemput  tour guide yang masih muda dan ternyata sangat menguasai banyak hal terkait sejarah, ritual dan hal-hal unik di Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Banjarnegara. Perjalanan dengan Toyota Premio yang emang cukup nyaman, jadi tidak membosankan. 

Makan siang pertama adalah di RM Soto Lama H. Suradi di Sokaraja. Pilihan soto jatuh pada menu Istimewa. Kita kira istimewa terkait dengan topping soto atau isian soto nya. Oalah, ternyata istimewa merujuk pada mangkok soto yang ukurannya jumbo. Meskipun kita laper, ngga habis lah pasti dengan porsi jumbo.  He..he.. padahal tour guide nya udah kasih tahu, tetap aja kita-kita ngga ngeh.. maklum ya.. kita kan asyik sendiri dengan obrolan ini dan itu.

Raja Soto Lama H. Suradi Sokaraja

Perjalanan dari Stasiun Purwokerto menuju penginapan Villa Awana di Dieng kurang lebih ditempuh hampir 5 jam. Karena beberapa kali kita mampir untuk membasahi bumi (alias pipis). Alhamdulillah-nya, sesampai di lokasi villa, fasiltas villanya tidak mengecewakan. Kamar, dapur, kamar mandi dan viewnya ok. Apalagi sudah tersedia indomi, telor dan kawan-kawan. Mantap. Daan, jadi lega banget kan, yang harusnya diisi bertujuh, cuma diisi berempat dengan 2 unit. 

Istirahat sebentar, pukul 18.30 WIB, dijemput untuk makan malam di rumah warga lokal. Wuih seru kan? Kita diterima di dapur (pawon) dengan alasan pawon membantu menghangatkan. Bener sih, karena saat itu suhunya  13 derajat Celcius. Tuan rumah menyediakan lauk warga lokal yang sebenernya di rumah juga ada. Tapi karena suasana, sayurannya fresh, jadi terasa beda. Ada nasi beras dan nasi jagung, sayur sawi, tahu, tempe dan ikan pindang. Karena suhunya emang dingin banget, hampir semua makanan yang tersaji jadi kaya udah dingin gitu. Bahkan tehnya pun yang baru dituang dari termos terasa dingin (kalo ini sih curiga kalo termosnya emang udah rusak..he..he.). 

Makan malam di Pawon / dapur rumah warlok

Selesai makan malam, kembali ke villa. Langsung istirahat? tentu tidak. Kan ada indomie. Sayang amat kalo ngga dimasak. Indomie mah ngga pernah gagal. Apalagi dimasakin sama Pak Kadep dan Ibu, tambah enak pastinya. kapan lagi dimasakin sama boss bukan???

Indomie never fail..

2 Agustus 2025

Sunrise di Dieng

Pagi pukul 4.45 WIB kita dijemput untuk melihat sunrise di bukit terdekat, mempertimbangkan jika harus ke bukit Sikunir yang harus ditempuh lagi dengan jalan kaki sekitar 30 menit sampai 1 jam  untuk mencapai puncaknya. Di lokasi pemandangan sunrise sudah penuh dengan wisatawan lain yang umumnya ibu-ibu. Puas foto-foto dan menyaksikan pemandangan, lanjut mencari fenomena es dilokasi dekat Candi Setyaki.

Estetik kan???

Beneran loh, ternyata emang bener embunnya membeku dan bisa diserut butirannya. Hiih. dingin dan seru sih menyaksikan fenomena ini, kayak masuk kulkas. Kok bisa ya suhunya beda dengan diluar lokasi candi Setyaki.  Sekalian foto-foto di Candi  Setyaki yang emang estetik bingits, dan ngga lupa mengabadikan foto di depan dinding /sign bertuliskan Dieng Banjarnegara.

Candi Setyaki, ngga banyak yang tahu loh lokasinya..

Next location is Kebun teh Panama. Walau di Jawa Barat banyak Kebun Teh, yang ini teh beda. Beneran bagus dan tertata. Kayanya emang diniatin buat wisata sih. Dan kita sempet menikamati wahana flying chairs, yang harusnya kita takut ya, kan bobot kita berempat mengkhawatirkan,, he..he

Walau ngeri dengan bobot berempat, tetap harus camera face doong

Perjalanan dilanjutkan ke Danau Menjer. Sebenarnya ini ngga masuk list sih, tapi karena 3 members membatalkan, sepertinya tavel agent nya menambahkan satu lokasi sebagai kompensasi dana yang sudah masuk. Di danau ini sekalian ngopi-ngopi dan shoot tarian pacu jalur.

Selanjutnya, menuju Swiss Van Java, sebuah lembah yang dikelilingi  oleh  Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Menuju lokasi ini kita menggunakan jeep karena akan lanjut ke air terjun Sikarim yang jalurnya cukup ekstrem jika menggunakan mobil penunpang jenis minibus. Memang kalau kita pandang sekeliling, hijaunya gunung dan vibe-nya seperti di Swiss. Bedanya mungkin hanya di soal fasilitas pendukungnya aja.

Swiss Van Java, like in Europe loh..

Sepanjang perjalanan ke air terjun Sikarim, kita disuguhi pemandangan indah kaki gunung Sindoro dan kaki gunung Sumbing. Bener memanjakan mata sekalian bikin clip perjalanan jeep yang estetik. Jalur ke Air terjun Sikarim pun tidak kalah indah untuk diabadikan. IGable banget deh pokoknya

Air terjun Sikarim

Dua lokasi terakhir masih menanti yaitu situs Candi Arjuna dan Kawah Sikidang. Lagi lagi kepiawaian tour guide nya dipertunjukkan dengan baik, saat menjelaskan filosofi candi, ritual, dan tembang doa yang digunakan. Entah bener atau ngga (kita ngga bisa konfirmasi kan? he..he..) yang pasti emang mirip banget deh pokoknya. Termasuk saat menjelaskan mengenai kawah Sikidang, tour guide nya pun paham banget terkait hal tersebut. 

Kompleks Candi Arjuna

Perjalanan sore diakhiri dengan belanja oleh-oleh khas Dieng berupa  minuman carica dan beberapa kripik.  Dan malam terakhir ditutup dengan dinner di Iga Mba Yati yang sekarang sudah jadi Mbah Yati. Katanya sih salah satu catering langgangan pejabat lokal jika ada resepsi atau acara-acara khusus. 

Kawah Sikidang

3 Agustus 2025

Perjalanan pulang kembali ke Jakarta dimulai pukul 6.00 WIB, dengan menyempatkan diri menikmati sunrise sepanjang jalan menuruni Dieng. Mampir untuk sarapan soto di Wonosobo untuk mengisi energi sampai  St. Purwakarta. 

Note:

Waah ternyata di tanggal 4 Agustus adalah anniversary pernikahannya nya Pak Kadep. Moment-moment seru di Dieng, jadi kado indah yang istimewa doong. Apalagi tour guide nya pinter banget bikin mini vlog gitu. Bagus-bagus deh pokoknya.. Makasih ya mas Dhimas, tour guide yang cekatan, cerdas dan berusaha untuk melayani sebaik mungkin, Makin sukses ya maaasss..

Young tour guide, Dhimas who served us very well.

Seru atau tidak seru nya perjalanan bukan tentang banyak sedikitnya perserta, tapi bagaimana masing-masing mau berbagi dan merasakan kebersamaan. Buat apa  orang banyak  kalo baperan, buat apa  orang banyak kalo males ngikutin arahan tour guide. Buat apa orang banyak kalo ternyata  tidak menikmati susah dan senangnya sebuah perjalanan...