Kamis, 28 Juni 2012

Break Time

Sometimes we need a break, out from our routine activities. The break is using for resting our brain or our body. For some people who work very hard from 7 to 5 even more everyday, a break is a need. Indeed.

I and my staff always trying to find break time in the middle of our working time. It is not a time when we have a break time for lunch but a special time that we design for break. Hmm, it sound funny. We have another time for resting and it sound like corrupt our working time.

No..no.. no.. do not think too much. We just spend 15 minutes at the noon for gathering together. Do you want to know what we do? Eat!!! Yes, we are eating together from the same plate which is has a big portion of food.  Somay, Mpek-pek or others food that we bought by donation from each other.

Mpek-mpek, our favorite menu
And you know? from very simple activity like that, we can built strength cooperation and closer relation among us. Eating the same menu from one plate increase our togetherness. More important that we can feel that we are one family.

Tumis Cumi Kecap Manis

Tumis Cumi Kecap Manis


Ini salah satu menu favorit keluarga saya. Selain karena rasanya yang lezat, cara mengolahnya pun cukup mudah karena proses memasak dan bahan-bahannya minimalis sekali.

Bahan:
Cumi asin, kalau bisa yang jenis cumi telor (1 ons)
Cabe merah (5 buah)
Bawang merah (5 butir)
Bawang Putih (2 butir)
Tomat (1 buah)
Jahe (1/2 ruas jahe)
Kecap Manis (5 sdm)
Minyak sayur untuk menumis

Cara mengolah:
Rebus cumi dengan air mendidih. Cuci dengan air bersih kemudian tiriskan. Bila tidak suka cumi utuh, bisa dipotong-potong menjadi bagian kecil.

Tumis bawang merah, bawang putih,  cabe merah  dan jahe. Setelah itu masukkan cumi, tumis sampai agak matang. Terakhir masukkan tomat dan kecap.

terararaanngg.. selesai deh. Mudah kan?

Kalau mau lebih bervariasi, bisa dicampur dengan tempe yang dipotong dadu kemudian digoreng. Lalu campurkan/aduk pada saat menumis. lebih lezaat...

Jumat, 22 Juni 2012

Angkutan Massal

Kalau membayangkan kemacetan yang saya alami, terutama pada saat pulang kerja, rasanya saya pingin banget Jakarta segera punya Subway atau Monorel. Bayangkan saja, bila macetnya lagi "ngga ketulungan" kalau kata orang Betawi, rasanya sebeellll banget. Masak sih, jarak 17 KM aja harus ditempuh lebih dari 1 jam. Apalagi kalau waktu sholat Maghrib nya lebih awal atau dibawah jam 6 sore, perjalanan jadi terburu-buru dan  khawatir tidak kedapatan waktu sholat Maghrib.
Monorail di Sydney, Australia

Sekarang, udah ada rencana yang lebih pasti tentang pembangunan jalur rel kereta api layang, dari Lebak Bulus sampai Dukuh atas dan Subway dari Bunderan HI - Kampung Bandan. Emang sih, rencana ini udah lamaaaa banget, belum terealisasi sampai sekarang. Tapi untuk kali ini, kaya'nya rencana tersebut udah mulai ada angin-anginnya bakal terealisasi.

Sepertinya  Pemda DKI emang lebih tertarik untuk membangun jalan Tol ketimbang rel kereta. Padahal, rel kereta itu lebih bermanfaat dan terbukti mampu mengurai kemacetan. Dari pengalaman saya mengunjungi beberapa kota di negara lain, terbukti bahwa kereta  merupakan angkutan masal yang murah, meriah, lancar dan aman. Untuk kelestarian lingkungan, kereta juga lebih ramah lingkungan. Pokoknya dari berbagai indikator, kereta memang lebih unggul dari penggunaan mobil pribadi.

Padahal saya juga yakiiiin banget bahwa para penggede dan petinggi Kemenhub, Dinas Perhub DKI, PT KAI  dan semua yang terlibat dalam urusan transportasi massal tau banget tentang keunggulan kereta api sebagi angkutan massal. Kalau alasanya masalah dana, saya ngga percaya 100%. Mengapa? karena Indonesia kalau mau ngutang berapa pun, banyak negara yang mau ngsih pinjaman. Apalagi untuk proyek strategis dan Insya Allah menguntungkan bagi investor, pasti banyak yang tertarik.

Lalu, permasalahannya di mana ya? cuma political will nya aja yang ngga kenceng nih.. Ayo dong Pemda DKI, Kemenhub, PT KAI.. buktikan kalau kita bisa...


Selasa, 19 Juni 2012

Mau nulis apa ya?

Padahal sudah meniatkan diri untuk rajin menulis setiap hari. Menulis tentang apa saja yang penting ada yang dituangkan dalam sebuah cerita. Namun entah kenapa, sering kali ide untuk menulis itu tidak timbul dan yang terbesar adalah rasa malas untuk menulis.

Sering saya renungkan, kadang rasa malas karena saya tak punya cerita. Tapi ternyata bukan karena ha itu, tetapi lebih karena saya malas untuk memulai menulis. Nah, jadinya seringkali ide-ide itu menguap begitu saja tanpa menjadi sebuah cerita.

Nah kali ini, saya mau cerita tentang diri saya aja deh. Tentang diri saya yang susah untuk fokus dan kurang termotivasi untuk mendapatkan sesuatu. Padahal beberapa bulan sebelumnya, saya rajin sekali dan cukup fokus saat berdoa. Memohon kepada Allah agar dikabulkan do'a-doa yang saya mohonkan.

Sekarang? seringkali do'a saya tidak teratur dan seperti kurang "permohonan'' kepada-Nya. Sering saya malah loss begitu saja setelah selesai sholat. Padahal, saat sholat dan selesai sholat adalah saat untuk mengistirahatkan jiwa dari beban duniawi. Saat sholat adalah saat kita pasrah dan berserah diri total kepada Allah atas semua permasalahan hidup dengan segala bentuknya. Entah kesedihan, kesusahan bahkan kegembiraan dan kesenangan.

Saya sesungguhnya amat menyadari bahwa apabila sholat dilakukan dengan khusuk, terasa berbeda sekali hasilnya. Maksud saya, sholat yang khusuk akan memberikan ketenangan dan kepuasan saat selesai menjalaninya. Rasa itu yang sering kali hilang apabila saya sholat tidak dengan khusuk. 

Sekarang dan mulai saat ini, saya ingin sekali melakukan sholat dengan khusuk agar saya dapa kenikmatan setiap selesai sholat. Kenikamatan akan kesenangan dunia dan akhirat. Semoga saya mampu melakukannya.

Kamis, 14 Juni 2012

Diklat Kompetensi Khas : Motivasi dan Pemberdayaan

11- 13 Juni 2012, saya diikutikan dalam Diklat Kompetensi Khas (DKK) : Motivasi dan Pemberdayaan. Tujuannya tentu saja agar saya dapat lebih termotivasi dan kemudian bisa menularkan motivasi ke pada teman-teman yang lain.

Terus terang, dengan mengikuti kegiatan pelatihan seperti ini banyak hal yang saya dapatkan. Tidak hanya terkait dengan ilmu yang saya dapatkan dari tema pelatihan, namun juga pernik-pernik lain yagn tidak kalah bermanfaat.

Contoh kecilnya adalah mengenai teman-teman saya yang di tempatkan di berbagai daerah di Indonesia. Sering sekali mereka cerita tentang tempat mereka bekerja. Sedih rasanya karena yang mereka ceritakan sering kali adalah mengenai tantangan di daerah. Seperti teman diklat yang berasal dari salah satu instansi yagn ditempatkan di Papua.

Menurut teman saya itu, betapa tingginya tingkat stress teman-teman yang ditempatkan di Papua. Sampai-sampai banyak teman-temannya yang jadi pemabuk untuk menghilangkan tingkat stress yang dihadapi. Apalagi bila ingat betapa tingkat kriminalitas juga begitu tinggi.. serem deh..

Kalau sudah begitu, baru deh rasa syukur dalam hati saya membuncah. Betapa tempat kerja dan fasilitas kerja yang saya miliki begitu istimewa dan mewah. Semua serba ada dan mudah di dapatkan. Komputer walau dengan spek sederhana namun masih berguna dengan baik. Gedung yang nyaman, sejuk dan mudah di akses. Wah..wah.. dengan perbandingan dengan yagn dirasakan teman-teman yang ada di daerah, harusnya tidak boleh lagi ada kata malas untuk bekerja.

Singkat cerita, DKK kemarin telah memberikan saya banyak manfaat dan pengalaman batin yang luar biasa..


Selasa, 12 Juni 2012

Oseng Pare

Walaupun pare rasanya pahit, tapi kalo nenek yang masak rasanya jadi istimewa. Mau tahu resepnya?
Bahan
Pare 1/2 Kg
Teri Jengki Medan 1 Ons

Bumbu yang dihaluskan:
Bawang Merah  5 siung
Bawang Putih 2 siung
Cabe Merah Keriting sesuai selera
Kunyit 1/2 ruas jari
Jahe 1/2 ruas jari

Garam
Gula

Cara membuat:
Pare dibuang bijinya, iris tipis-tipis kemudian remas-remas dengan garam. diamkan beberapa saat lalu cuci bersih,Ikan teri jengki medan dicuci bersih lalu goreng hingga garing.

Tumis bumbu halus hingga harum, masukkan pare. Tumis hingga matang, sebelum diangkat tambahkan ikan teri lalu aduk. Hidangkan bersama nasi hangat.

Selama mencoba!!

Partner Kerja Yang Hebat

Walaupun junior-junior saya adalah anak buah saya, namun sebisa mungkin saya berusaha menempatkan mereka sebagai partner kerja saya. Karena terus terang saja, tanpa bantuan mereka kerjaan saya sehari-hari pasti akan pontang panting dan tidak mencapai sasaran.

Semenjak adanya rotasi pegawai di sub bagian saya, rasanya ada perubahan yagn cukup signifikan. Teman-teman yang sudaj "karatan" di sub bagian saya, dirotasia ke sub bagian yang lain. Tempat saya jadi berkurang jymlah pegawainya namun rasanya tidak menjadi bebannya bertambah.

Mengapa? ternyata pengganti teman-teman yang pindah alhamdulillah bisa cepat beradaptasi dan bekerja dengan maksimal. Teman-teman lama pun ternyata termotivasi untuk bekerja lebih baik. Hasilnya? saya merasa sekarang ada nuansa baru dalam suasana kerja.. lebih semangat!!

Seneng deh mendapatkan rekan kerja yang rajin dan cepat belajar.. mudah-mudahan semangat mereka terus membara dan akan tumbuh kekompakan untuk membuat tempat kerja tidak hanya sebagai tujuan mencari nafkah tapi juga sebagai pelabuhan melampiaskan hasrat... husss!! jangan ngeres ya.. maksudnya hasrat kerja.. atau passion.

Karena bila kita mengerjakan sesuatu dengan passion yang ada cuma kesenangan semata saat bekerja dan tentu saja sesuatu yang dikerjakan dengan kesenangan hasilnya jauh lebih baik jika dikerjakan secara terpaksa.

Akhirnya, kepada teman-teman kerja seperjuangan, terima kasih atas passion kalian terhadap pekerjaan.. semoga dapat terus tetap terpelihara..